Mohon tunggu...
KOMENTAR
Nature Pilihan

Betapa Indahnya Jika Semua Berpikir Begini

29 Juni 2021   17:50 Diperbarui: 29 Juni 2021   18:06 617 9
Siang itu Nisa duduk di lantai. Di depanya ada puluhan limbah bungkusan mie Instan dan beberapa bungkus kopi. Satu persatu limbah itu di gunting kecil-kecil berbentuk segi empat lalu diletakannya dalam sebuah wadah.

Melihatnya, saya langsung menuju ke arahnya dan  mengamati apa yang dia lakukan. Begitu juga saudara perempuan saya Fita yang ikut menghampiri kami diberanda belakang. Rasa penasaran saya mulai membatin melihat Nisa yang begitu serius menggunting limbah kertas itu.

"Sedang buat apa Nisa?" Tanya saya

Mendegar tanya saya, Nisa menoleh ke arah saya lalu menjawab, "Ini kak mau belajar buat Ecobrick."

Mendengar kata Ecobrik, sepertinya kata itu tidak asing di kepala saya. Ingatan saya lalu mengembara jau kebelakang mengingat-ngingat di mana dan siapa yang bilang kata itu ke saya.

Iya, rupanya kata itu saya dengar beberapa tahun lalu di sebuah kegiatan yang di laksanakan di benteng orangge yang juga salah satu icone wisata Kota Ternate. Walau telah lama saya dengar dan lihat, namun itu hanya sepintas lalu. Sebab saya tidak lagi berusaha menyalami apalagi mencoba untuk buat Ecobrick itu.

Kali ini, Nisa yang kembali memperkenalkan saya dengan Ecobrick dan saya memutuskan melihat dan mengamati sekaligus ikut dalam proses pembuatannya.

"Ini digunting ya?" Tanya saya lagi.

"Iya, dibentuk segi empat atau bisa juga pola lain." Jawab Nisa.

Saya lalu menggunting limbah-limbah itu sesuai arahan Nisa. Begitu juga Fita yang ikut terlibat juga. Ketika saya dengan Fita menggunting limbah-limbah, Nisa membersihkan beberapa bekas botol air mineral sebagai wadah kertas yang dialuskan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun