"Jika hidup seperti benalu, maka tak usah hidup. Kau jangan sekali-kali jadi benalu." Ucap kakek saya.
Dulu, saya belum paham apa itu benalu. Jadi saya tidak memahami ucapan itu. Saya cuek dan tidak memikirkan pesan itu.
Sampai pada suatu malam, ada teman saya yang bilang begini ke saya.
"Sepertinya kau harus kembali mengingat setiap ucapan yang disampaikan di waktu lampau. Bisa jadi itu baik, saat itu kau belum paham dan saat ini kau lebih paham. Setiap perjalanan adalah guru."
Dari situ, saya kemudian memutuskan untuk merombak-rombak ucapan yang masuk dan sudah tertimbun lama di dalam tempurung kepala. Alhamdulillah, saya menemukan pesan yang dulu tidak dianggap, namun kini dan nanti saya anggap berharga.
Sudah pasti kita tahu benalu. Iya, tumbuhan liar yang tumbuh dan menjuntai di setiap pohon besar.
Tapi, seperti apakah proses hidup tumbuhan ini?
Dia tumbuh di pohon dan cari makan dari pohon itu. Ini semacam ketergantungan.
Dan itu adalah simbiosis. Menurut pakar ahli mikologi Jerman Heinrich Anton De Bary adalah organisme berbeda yang hidup bersama. Defenisi ini kemudian digunakan dalam teks Biologi dn Ekologi (wikipedia).
Simbiosis juga ada ragamnya. Ada yang saling untung, juga ada yang saling merugi. Lantas, benalu masuk dalam ragam simbiosis apa?.
Dilihat, sifat hidup dan ciri benalu masuk dalam simbiosis parasitisme. Maksud dari simbiosis ini adalah ketergantungan yang terjadi ketika pihak yang satu dapat untuk, sedang yang satunya dapat rugi.
Benalu tentu dapat untung jika bergantung hidup pada satu tumbuhan misalnya saja pohon pala. Sedang dapat rugi adalah pohon pala itu. Sampai sini pasti kita paham kan.?
Maka, kita tarik benang merahnya. Itu seperti kita manusia. Kita hidup bergantung pada sesorang tanpa berbuat apa sedang orang itu payah berjuang membuat kita hidup. Pendeknya seperti hidup di atas penderitaan orang lain.
Jika demikian, ini seperti mencuri, tapi mencuri dengan cara yang elok. Ah, bagi saya mencuri sama saja. Tidaklah elok apapun carahnya.
Jadi, tidak hanya kakek saya yang paham. Mediang Bung Karno juga demikian. Sampai beliau mengeluarkan titah menyeruh kepada bangsanya agar harus hidup berdikari. Kita hidup dari payah kita, dan bukan dari yang lain.
Jangan jadi benalu. Jangan pernah bahagia selagi orang lain menderita.
Saatnya kita harus berbahagia jika kita tidak seperti benalu. Dan semoga kita tidak seperti itu.
Mateketen, 07 April 2020