Aku berlari menyusuri jalan setapak penuh ilalang. Sesekali kulihat ke belakang. Mungkin ada seseorang yang akan menyusul di belakangku. Tapi tak ada tanda-tanda. Hanya sepi malam dan suara jangkrik yang bersahut-sahutan. Dengan nafas sedikit tersengal aku sampai di pondok, sebuah tempat pertemuan rahasiauntuk menemui bulan. Aku duduk melepas lelah. Masih ada waktu untuk berleha sejenak sebelum menemui penguasa malam itu. Ku pandangi ia dari jauh. Sinarnya tak cukup terang malam ini, hanya seperempat saja sabitnya. Tapi dengan senyumannya seperti itu, ia sangat terlihat anggun dengan jubah keratuannya.