1. Anamnesis (Wawancara Medis)
Langkah pertama dalam pemeriksaan thorax adalah anamnesis yang teliti. Dokter akan menanyakan beberapa hal penting, antara lain:
Keluhan Utama: Nyeri dada pleuritik (tajam dan menusuk, terutama saat menarik napas dalam atau batuk), sesak napas, batuk kering, dan dalam kasus berat, dapat terjadi sianosis (kulit kebiruan).
Riwayat Penyakit: Riwayat penyakit paru-paru sebelumnya (misalnya PPOK, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis), riwayat trauma dada (misalnya kecelakaan lalu lintas, jatuh), riwayat prosedur medis (misalnya biopsi paru, pemasangan kateter vena sentral), dan riwayat merokok.
Faktor Risiko: Usia (pneumothorax spontan primer lebih sering terjadi pada pria kurus tinggi usia 10-30 tahun), kebiasaan merokok, dan adanya penyakit paru yang mendasari.
2. Pemeriksaan Fisik
Setelah anamnesis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi:
Inspeksi (Pengamatan): Perhatikan pergerakan dada saat bernapas. Pada sisi yang terkena pneumothorax, pergerakan dada mungkin terlihat lebih lambat atau terbatas.
Palpasi (Perabaan): Meraba dinding dada untuk menilai fremitus taktil (getaran yang terasa saat pasien berbicara). Pada sisi pneumothorax, fremitus taktil dapat berkurang atau hilang.
Perkusi (Ketukan): Mengetuk dinding dada untuk menilai suara yang dihasilkan. Pada sisi pneumothorax, suara perkusi akan terdengar hipersonor (lebih nyaring dari normal) atau timpani (seperti suara drum).
Auskultasi (Pendengaran): Mendengarkan suara napas menggunakan stetoskop. Pada sisi pneumothorax, suara napas dapat berkurang atau hilang sama sekali.
3. Modalitas Pencitraan
Modalitas pencitraan sangat penting untuk mengkonfirmasi diagnosis pneumothorax. Berikut beberapa modalitas yang umum digunakan:
Radiografi Thorax (Rontgen Dada):
Merupakan pemeriksaan lini pertama yang paling sering digunakan.
Temuan khas pada rontgen dada:
Garis pleura viseral yang tipis yang memisahkan paru-paru yang kolaps dari ruang pleura yang berisi udara (garis ini merupakan tanda pasti pneumothorax).
Tidak adanya corak paru di luar garis pleura viseral.
Area hiperlusen (lebih hitam dari normal) di ruang pleura.
Deep sulcus sign (pendalaman sulkus kostofrenikus lateral) dapat terlihat pada foto rontgen posisi supine (berbaring).
Proyeksi yang ideal adalah PA tegak (posterior-anterior erect), karena gravitasi akan menyebabkan udara naik ke atas paru-paru, sehingga lebih mudah terlihat. Namun, jika pasien tidak dapat berdiri, proyeksi AP supine (anterior-posterior berbaring) dapat dilakukan.
Computed Tomography (CT) Scan Thorax:
Lebih sensitif dan spesifik dibandingkan rontgen dada, terutama untuk mendeteksi pneumothorax kecil atau yang sulit dilihat pada rontgen.
Memberikan gambaran yang lebih detail tentang paru-paru dan struktur di sekitarnya.
Sangat berguna untuk membedakan pneumothorax dari kondisi lain yang serupa, seperti bula emfisema yang besar.
Dianggap sebagai standar emas untuk diagnosis pneumothorax.
Ultrasonografi (USG) Thorax:
Modalitas yang cepat, portabel, dan tidak menggunakan radiasi.
Dapat mendeteksi pneumothorax dengan akurasi yang cukup tinggi, terutama dalam situasi darurat atau pada pasien trauma.
Temuan khas pada USG:
Hilangnya lung sliding (pergerakan pleura viseral dan parietal saat bernapas).
Adanya A-lines (artefak reverberasi horizontal).
Tidak adanya B-lines (artefak vertikal yang berasal dari pleura).
Lung point (titik pertemuan paru-paru yang kolaps dengan dinding dada) dapat membantu memperkirakan ukuran pneumothorax.
Tantangan Diagnostik
Beberapa tantangan dalam mendiagnosis pneumothorax:
Pneumothorax kecil: Mungkin sulit dideteksi pada rontgen dada, terutama pada pasien dengan penyakit paru yang mendasari.
Pneumothorax tension: Merupakan kondisi darurat yang membutuhkan penanganan segera. Tanda-tanda klinis seperti pergeseran trakea, distensi vena jugularis, dan hipotensi dapat membantu diagnosis.
Perbedaan dengan bula emfisema: Pada pasien dengan emfisema bulosa, membedakan antara bula besar dan pneumothorax pada rontgen dada bisa sulit. CT scan biasanya diperlukan untuk diagnosis yang pasti.
Kesimpulan
Pemeriksaan thorax yang komprehensif, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan modalitas pencitraan, sangat penting untuk diagnosis pneumothorax yang akurat. Rontgen dada merupakan pemeriksaan awal yang penting, tetapi CT scan lebih sensitif dan spesifik. USG thorax merupakan alternatif yang berguna, terutama dalam situasi darurat. Pemilihan modalitas pencitraan yang tepat bergantung pada ketersediaan, kondisi pasien, dan kecurigaan klinis.