Ketika desa tersebut dilanda bencana lingkungan akibat pencemaran sungai, warga menjadi panik. Namun, Erguv tetap menulis dan menikmati kopi. Pak Aci, seorang tokoh masyarakat, bertanya tentang perilaku Erguv. Erguv menjelaskan bahwa tulisannya merupakan harapan untuk perubahan.
Pak Aci tergerak dan bekerja sama dengan Erguv untuk menyadarkan warga akan bahaya tambang. Mereka melancarkan aksi boikot dan protes terhadap pemerintah. Akhirnya, warga berhasil mengusir perusahaan tambang dan mengembalikan keasrian desa.
Erguv menyadari pentingnya menjaga alam sebagai sumber kehidupan dan rumah bagi semua makhluk hidup.