Untuk itulah manusia terus menemukan profesi-profesi baru dalam kehidupannya. Kalau zaman purbakala dulu rata-rata manusia berprofesi sebagai pemburu hewan, maka itu kehidupannya nomaden. Sedikit lebih maju mereka berubah menjadi bercocok tanam karena hidupanyya sudah menetap di suatu wilayah.
Banyak hal dalam hidup yang dulu tak dianggap profesi sekarang dianggap profesi. Profesi memasak misalnya. Dulu kita sebut hanya sekedar ‘tukang masak’—tapi sekarang sudah bergeser menjadi profesi dan kita menyebut dengan istilah yang lebih elit lagi yaitu chef.
Karena memasak bukan sekedar memnacmpurkan beberapa jenis bahan makanan menjadi satu, tetapi membutuhkan keterampilan proses dalam membuatnya. Sehingga butuh kerja professional—begitu kita menyebutnya.
Pada intinya semua kegiatan manusia akan terus berkembang sesuai ide terbaik yang sesuai dengan kehidupan pada zamannya.
Sebentar lagi ‘Tukang Parkir’ akan menjadi profesi juga. Itu prediksi saya. Jelas bisa. Karena manusia yang menjaga kendaraan yang sedang berhenti disuatu tempat, juga harus punya keahlian. Keahlian apa saja sih. Keahlian mengukur posisi kendaraan , keahlian mengatur suara ketika memberi perintah—itu termasuk keahlian public speaking, keahlian bersosialisasi, dan yang paling penting keahlian ketelitian yang tinggi, karena salah-salah kendaraan yang diparkir bisa hilang.
Kalau kita lihat dikoran-koran, banyak kasus curanmor di tempat parkir. Maka dari itu seorang tukang parkir wajib memiliki wawasan hukum. Bagaimana kalau dia dituntut sama pemilik kendaraan bermotor. Dituduh telah lalai menjaga kendaraan, sehingga terjadilah kasus curanmor. Maka tukang parkir harus mengerti hukum untuk melakukan pembelaan.
Baru-baru ini tukang parkir didepan kantor saya cerita, kaca mobil yang parkir atas tanggungjawabnya dipecahkan oleh orang tak dikenal. Pemilik mobil memakirkan kendaraan didepan kantor saya—tapi tak précis didepan. Kalau adapun kendaraan parkir didepan kantor kami hal itu sudah biasa. Karena disebelah kantor kami, kalau pagi hari ada penjual sarapan untuk manusia-manusia yang tak sempat masak dirumahnya. Maka mereka datang ketempat sarapan itu untuk makan.
Ternyata pemilik mobil yang kaca mobilnya dipecahkan tadi, baru saja dari Bank terdekat mengambil uang sebanyak 25 juta. Dan uang itu disimpan dimobil. Karena mobilnya diparkiran ada yang menjaga pikir pemiliknya—aman sajalah kalau ditinggal. Ternyata realitas yang terjadi tidak begitu, uang tadi hilang beserta bungkus-bungkusnya.
Dia coba menyalahkan tukang parkir itu. Pemilik kendaraan menuduh dia tak becus kerjanya. Rencananya dia akan dilaporkan ke polisi kalau tidak bertanggungjawab. Karena tukang parkir itu manusia, ya wajarlah lalai. Tak semua kendaraan yang datang dan pergi bisa dijaga satu-persatu. Dia pun tak melihat siapa orang yang memecahkan kaca mobil itu. Diapun tak menyangka ada uang sebanyak itu, serta ditinggal begitu saja didalam mobil meskipun dikunci. Karena baru kali ini dia bertemu kasus begitu.
Datanglah pemilik warung makan yang menjual sarapan mencoba menyelesaikan pertikaian dua insan manusia itu. Dia bertanya kepada pemilik mobil itu, “emang bapak dari mana bawa uang begitu banyak? Dan kenapa diletakkan dimobil begitu saja?”, pertanyaan itu bukan maksud membela tukang parkir karena memang mereka dua saling kenal. Lalu pemilik mobil menjawab, “ baru dari bank pak, mengambil uang.”
“Nah pak! Sebelum kasus bapak ini saya juga pernah mengalami sendiri kasus seperti bapak.” Penjual sarapan menjelaskan, “Saya juga pernah kehilangan uang setelah selesai dari bank. Uangnya saya letak saja di dalam mobil. Karena saya hendak membeli sesuatu di supermarket sebentar saja, maka mobil saya parkirkan didepan supermarket beserta uangnya. Ketika saya kembali, kaca mobil saya pecah dan uangnnya hilang.” Terus dia melanjutkan penjelasan, “saya tak bisa menanyakan pada siapa-siapa waktu itu karena orang di sekitar itu pada waktu itu juga bingung, tapi memang sebelumnya saya curiga sama dua orang pengendara sepeda motor yang mengikuti saya setelah selesai dari bank tadi. Dan banknya tidak jauh dari sini pak, mungkin bank tempat kita ngambil uang sama pak.”
Setelah mereka saling menjelaskan ternyata betul—bank tempat mereka mengambil uang sama. Kasus yang dihadapi sama. Ternyata baru mereka sadari, lalu mereka coba menduga bahwa di bank itu ada pencuri spesialis yang melakukan modus pencurian seperti itu. Karena mereka yang bisa mengetahui bahwa ada nasabah bank yang baru selesai keluar dari bank mengambil uang banyak. Mungkin saja mereka bisa mengintipnya—tapi mereka bukan petugas bank, pencuri yang mengambil kesempatan untuk bisa mencuri uang itu sudah menentukan targetnya ketika melihat nasabah mengambil uang. Mereka ikuti, dan ketika ada kesempatan dan pemiliknya lalai, seidikit saja ada kesempatan maka uang lenyap.
Akhirnya tak jadilah pemilik mobil itu menuntut si tukang parkir. Mereka saling meminta maaf, semoga hal ini tak terjadi lagi di lain waktu. Dan semoga kita semua yang mebaca tulisan ini bisa mengambil hikmah dari kejadian diatas.
Maka kesimpulannya, Kerjaan di tempat parkir harus dijadikan profesi yang membutuhkan keterampilan yang cukup agar menjadi profesi yang diperhitungkan