Sudan Selatan, negara termuda di dunia, memiliki sejarah panjang konflik etnis dan politik yang kompleks. Perang saudara yang pecah pada 2013 antara Presiden Salva Kiir, dari suku Dinka, dan mantan Wakil Presiden Riek Machar, dari suku Nuer, menjadi salah satu pemicu utama ketidakstabilan. Konflik ini tidak hanya bersifat politik, tetapi juga memicu ketegangan etnis yang mendalam, memperparah polarisasi masyarakat dan mempersulit upaya perdamaian.
Komunitas internasional, melalui berbagai organisasi seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Afrika (UA), dan Intergovernmental Authority on Development (IGAD), telah berupaya mencari solusi untuk konflik ini. Meskipun ada beberapa kesepakatan damai yang dicapai, implementasinya sering kali gagal. PBB telah mengirim misi perdamaian (UNMISS) untuk melindungi warga sipil dan mendukung proses perdamaian, namun tantangan di lapangan sering kali menghambat efektivitasnya.