Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Jalan Panjang Menuju Perdamaian yang Tak Berwujud di Sudan Selatan

24 Juni 2024   18:25 Diperbarui: 24 Juni 2024   18:34 46 0
Konflik yang terus membara di Sudan Selatan menimbulkan pertanyaan serius mengenai efektivitas upaya damai oleh komunitas internasional. Sejak negara ini merdeka dari Sudan pada 2011, Sudan Selatan telah dilanda perang saudara, kekerasan etnis, dan ketidakstabilan politik yang berlarut-larut. Situasi ini semakin memburuk dengan meningkatnya jumlah korban jiwa, pengungsian massal, serta kehancuran infrastruktur dan ekonomi.

Sudan Selatan, negara termuda di dunia, memiliki sejarah panjang konflik etnis dan politik yang kompleks. Perang saudara yang pecah pada 2013 antara Presiden Salva Kiir, dari suku Dinka, dan mantan Wakil Presiden Riek Machar, dari suku Nuer, menjadi salah satu pemicu utama ketidakstabilan. Konflik ini tidak hanya bersifat politik, tetapi juga memicu ketegangan etnis yang mendalam, memperparah polarisasi masyarakat dan mempersulit upaya perdamaian.

Komunitas internasional, melalui berbagai organisasi seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Afrika (UA), dan Intergovernmental Authority on Development (IGAD), telah berupaya mencari solusi untuk konflik ini. Meskipun ada beberapa kesepakatan damai yang dicapai, implementasinya sering kali gagal. PBB telah mengirim misi perdamaian (UNMISS) untuk melindungi warga sipil dan mendukung proses perdamaian, namun tantangan di lapangan sering kali menghambat efektivitasnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun