Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Kaya Mendadak Vs. Pemikiran Orang Kampung

25 Mei 2011   04:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:16 250 0

Mungkin judulnya agak sedikit aneh dan tidak nyambung tapi inilah hasil pencerahan yang saya dapatkan setelah berdebat panjang dengan kakak tertua mengenai bisnis yang menurutnya sangat tidak masuk akal.

Kuliah lagi tanpa bekerja memang memakan biaya yang tidak sedikit, sementara cadangan tabungan kerja selama hampir dua tahun sudah hampir habis, dan dana bantuan pendidikan belum cair-cair juga, jadilan posisi saya sedikit terancam secara finansial. Beberapa opsi yang saya pikir bisa menjadi alternatif rasanya agak susah untuk dijalani. Dan saya bukan PNS yang punya pengasilan tetap. Maka datangnya tawaran menjadi member disalah satu entah lembaga atau organisasi atau apalah namanya yang menjanjikan keuntungan berlipat menjadi pilihan untuk mendapatkan dana instan dalam waktu singkat. Setelah mendapatkan penjelasan tentang aturan main, sumber dana yang dipakai oleh perusahaan tersebut besar keuntungan dan lain sebagainya saya menjadi tertarik untuk ikut didalamnya. Agak sedikit membingungkan sih dana yang dipakai untuk membayarkan bonus tersebut berasal dari mana? Sementara mereka sendiri tidak menjual sesuatu yang real, seperti MLM pada umumnya (semisal Tianshi, K-Link dll) yang agak lebih masuk akal karena mereka memang menjual produk.

Seperti sebelum-sebelumnya setiap saya melakukan hal yang saya anggap penting saya biasa mendiskusikannya terlebih dahulu dengan keluarga dekat, termasuk halnya sebelum bergabung dengan kelompok ini. Dan hasilnya setelah perdebatan panjang saya memutuskan untuk tidak bergabung setelah mendapat pencerahan-pencerahan. Alasannya adalah sesuatu yang tidak masuk diakal jika kita bisa mendapatkan kentungan 500% dalam jangka waktu satu sampai dua bulan tanpa berbuat apapun, hanya dengan menjual keanggotaan. Apakah ini sesuatu yang halal, karena saya tidak ingin membiayai studi saya, atau setidaknya menafkahi diri saya dengan sesuatu yang tidak halal.

Mungkin jika sekarang kita bisa mendapat untung besar, dan dikemudian hari bisnis ini menjadi macet karena jumlah member yang sudah terlampau banyak dan dana yang tersedia sudah tidak mampu lagi untuk menutupi biaya yang dikeluarkan untuk membayar bonus-bonus tersebut. Krena menurut beberapa sumber yang saya baca sistem permainan ini, dengan membayarkan bonus kepada upline, dari dana yang didapatkan sebagai hasil menjual keanggotaan kepada semua downlinenya. Jadi apakah kita tidak merasa bersalah jika suatu hari nanti banyak orang yang merugi karena telah menyuplai sejumlah dana yang dipakai membayar bonus yang kita dapatkan,

Sebuah organisasi juga semetara ini sedang gencar-gencarnya mengawasi jalannya sistem ini disalah satu kelompok yang saat ini sedang diminati banyak orang, mereka merencanakan akan melakukan gugatan class-action untuk korban-korban yang telah tertipu.

So mengapa kita tidak hidup di jalur yang normal saja, untuk sukses tentu harus berusaha dan tentunya berdoa. Mengapa tidak hidup dengan filosofi orang kampung, jika mau makan nasi, tanamlan padi, dan tentu saja semua punya proses. Dan bukannya dengan menyimpan sekarung beras hari ini maka keesokan harinya akan menjadi lima karung beras tanpa kita harus berbuat apa-apa. Intinya adalah proses, karena proses itulah kita akan menghargai hasil jerih payah kita sendiri seberapa banyak pun itu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun