Tapi kemudian beberapa momen setelahnya, setelah masa-masa ‘pengeluaran kebijakan’ itu berlalu, saya kemudian sadar bahwa itu memang yang terbaik. Bahwa memang benar, di saat itu tidak sesuai dengan apa yang saya inginkan, tapi di masa yang akan datang saya merasakan bahwa itulah apa yang saya butuhkan.
Pernah suatu kali, saya benar-benar berdoa agar Tuhan mengabulkan kepentinganku, keinginanku. Tapi ternyata tidak. Saya marah, tapi juga pasrah. Saya masih memaksakan diri untuk masuk dalam ‘sistem permainannya’ meskipun dengan terpaksa. Kemudian, masih di permainan yang sama, saya kembali Dia buat kecewa. Astaga, bukan main sedihnya. Tapi tahu tidak, ternyata di ujung senja, ketika permainan ini sudah mencapai akhirnya, Dia menunjukkan keromantisannya. Saya bahagia luar biasa. Jauh lebih bahagia, daripada apabila Dia mengabulkan keinginanku di level satu atau level dua permainanNya.
Memang kuncinya, kita harus sabar, dan tetap percaya dengan Dia. Bahwa pasti ada sepotong senyum untuk kita semua di penghujung hari. Ya, asal kita percaya.