Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

(xtra)Ordinary

26 Mei 2011   04:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:13 41 0
Why Extraordinary? Simple, because there’s nothing worse in life than being ordinary. Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk ingin direcognize keberadaannya dengan orang lain. Saya tidak bilang semua orang ingin eksis ya, hanya saja ingin diakui. Ingin dianggap menjadi bagian dari sesuatu. Kadang, juga untuk beberapa orang ingin menjadi pusat perhatian. Untuk itu, jangan menjadi sama. Jangan menjadi biasa saja.

Bayangkan. Di dunia ini, ada milyaran manusia. Di Indonesia, ada 300-an juta penduduknya. Dalam lingkup yang jauh lebih kecil, di setiap kelas SD-SMP-SMA ada sekitar 40 orang. Lalu dalam lingkup pergaulan, lingkup rumah, dan sebagainya. Apabila semua orang bebarengan memakai baju warna merah yang sama, lalu apa yang membedakan? Apabila semua orang sama-sama pintarnya, apa yang membuat ‘dia  yang akan memilih atau melihat’ kemudian akan memilih kamu? Dalam konteks agama, amal-ibadah adalah jawabannya. Tapi yang ingin saya bagi di sini berbeda konteksnya. Lebih duniawi.

Salah seorang profesor saya, Bapak Dr. Nanang Pamuji M, pernah bilang kalau orang yang paling kasihan adalah mereka yang biasa saja. Yang sama dengan orang kebanyakan. Yang tidak bisa dibedakan dari yang lain. Bahasa sederhananya, yang standar-standar saja lah. Kata beliau sambil berkelakar, mending menjadi mahasiswa yang buodoh sekalian daripada menjadi yang di tengah-tengah. at least mereka yang begitu jadi dikenal gara-gara kebodohannya yang kebangeten. Hehehe, ini bercanda lho ya. Poin yang dapat diambil ketika itu, sebenarnya adalah jadilah terang. Jadilah seseorang yang berbeda dengan yang lain.

Misalnya begini. Kalau kamu kuliah di HI UGM, kamu akan bertemu banyak orang pintar. Di antara 80 orang dalam satu kelas, mungkin ada tiga puluh orang yang berada di ‘atas’ dalam konteks akademis. Susah untuk menemukan satu yang benar-benar paling pintar, karena semuanya pintar. Nah, padahal tiga puluh (apalagi 80 ya) ini sudah termasuk banyak lho. Makanya, kamu harus jadi berbeda, agar tidak seperti kebanyakan. Bagaimana caranya untuk menjadi berbeda? Mengapa harus berbeda?

Pertama, kenali dirimu. Kalau sudah kenal, di suatu persimpangan pasti kamu akan bertemu dengan ‘passion’ kamu. Juga kalau sudah kenal, pasti akan tahu di titik mana sih sebenarnya kamu ‘berbakat’ lebih dibanding dengan yang lain. Setelah itu, pilihlah tempat berproses untuk mengembangkan diri kamu, sekaligus untuk mendewasakan hidup. Kamu suka memasak dan banyak orang bilang masakanmu enak, tekuni hal itu. Kamu suka menulis, dan banyak yang memuji buah karyamu, maka rajin-rajinlah kamu mengasahnya. Kamu merasa puas saat bisa berkontribusi untuk negaramu, mulailah bergabung dengan organisasi sosial berbasis youth empowerment atau social development yang bisa memenuhi kebutuhanmu. Kamu ingin menjadi pengusaha dan merasa memiliki jiwa usaha, mulailah belajar menjadi pengusaha dan memperluas network. Kamu suka musik, dan mudah mengaplikasikan nada-nada yang kamu dengar melalui alat musik, semakin berlatihlah kamu di bidang itu. Kamu suka fotografi, mulailah belajar foto dan disain juga perluas network kamu. Kamu suka belajar dan ingin menjadi profesor, maka kamu harus lima kali lebih tekun membaca buku yang akan mendukungmu daripada orang-orang di sekitarmu.

Setelah kamu berproses di bidang yang kamu sukai, percayalah..  output yang keluar entah disadari atau tidak adalah, itu akan membuatmu menjadi berbeda dengan yang lain. Di kelas saya sendiri, saya sudah mulai bisa melihat beberapa teman yang ‘berbeda’. Mereka sadari atau tidak, perbedaan itu terlihat di diri mereka karena mereka mulai berproses. Mereka kembangkan apa potensi dan passion mereka dengan usaha keras. Kalau kita nantinya melamar pekerjaan, HRD-HRD itu juga akan mencari perbedaan kalian kok. Pasti banyak yang Indeks Prestasi Kumulatif alias IPK-nya tinggi. Karenanya, kita harus punya amunisi lain yang membuat kita berbeda dengan yang lain.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun