Di batu besar duduk seorang insan dengan netra sesendu awan kelabu
Ia kosong memandang awan
Teh hangat dalam genggam telah dingin kerontang
Ia jatuh jauh dalam lamunan
Awan bergilir bergantian
Membawa setiap kisah berkelebatan
Panas matahari membakar hati
Bau laut menusuk menghantarkan kenangan derita
Ia tertawa membodohi diri
Dan hanya menyuruput teh basi
Ia menunggu sang matahari kembali
Senja menyapa dengan senyum terindahnya
Dan luka itu justru lebih menganga
Sayang, hanya itu yang dapat meredakan rindu yang tengah meraja