Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Bohong, Kamu Tukang Bohong

21 Mei 2010   06:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:04 791 0
“Kebenaran tidak dilebih-lebihkan” -Jason Shepard (Big Fat Liar)- 

Pernah saya menonton film berjudulnya “Big Fat Liar”. Mungkin banyak dari Anda yang juga sudah menontonnya, yap karena ini memang bukan film baru. Sesuai arti judulnya, film ini menggambarkan tentang tema kebohongan.

Sebelum Anda meneruskan membaca, perlu saya ingatkan bahwa tulisan ini bukan bermaksud membuat resensi film tersebut. Hanya menuliskan apa yang saya lihat, jadi pasti banyak terdapat kekurangan dari sisi penjelasan teknis fim.

*******
Apa yang akan Anda lakukan jika naskah cerita untuk tugas sekolah ternyata digunakan oleh produser film untuk film terbarunya dan si produser tersebut tidak minta ijin Anda dan bahkan menuduh Anda berbohong karena telah mengaku sebagai penulis naskah tersebut.

Film yang dibintangi Frankie muniz dan Amanda Bynes ini ternyata bisa memancing tawa saya walau diselingi iklan yang memotong rasa film itu. Tapi, dari angka 10, film keluarga ini bisa masuk angka 7 lah, karena sisi hiburan dan idenya yang lucu tadi. Itu menurut saya, mungkin menurut Anda bisa berbeda, bahkan mungkin ada yang bilang biasa saja, atau jelek.

Suatu pagi Jason Shepard (Franky Munez) dengan kemahirannya berbohong berhasil menumpangi limousine seorang produser bernama Marty Wolf (Paul Giamatti), yang sedang berada di ujung tanduk kariernya karena film-film terakhirnya banyak masuk kotak alias gak laku. Jason memang dikenal sebagai pembual di sekolah dan keluarganya, karena itu pula saat ia mengatakan bahwa tugas cerita yang sudah ia siapkan untuk tugas sekolah ketinggalan di limousine Marty, baik guru dan orang tuanya tidak percaya karena merasa ini hanya akal-akalan Jason karena tidak mengerjakan tugas tersebut.

Alhasil, Jason dihukum mengikuti Summer School oleh gurunya, yang artinya di saat libur musim panas ia mesti masuk bersama murid lain yang juga bermasalah dengan akademis mereka. Di tempat lain, Marty sang produser yang awalnya ingin mengembalikan naskah milik Jason justru menunda niatnya setelah melihat sekilas judul dan isi cerita Jason yang menurutnya menarik untuk dikembangkan menjadi naskah film.

Tak lama, Marty muncul di televisi dengan diwawancarai seorang presenter untuk mempromosikan film barunya yang akan diproduksi berjudul Big Fat Liar. Jason yang kebetulan melihat acara tersebut langsung kaget dan mengatakan kepada orang tuanya, yang akan pergi berlibur, bahwa Marty-lah yang mengambil naskahnya.

Karena tidak lagi dipercayai oleh orang tuanya dan keinginan untuk membuktikan bahwa ia tidak berbohong, maka Jason dibantu teman wanitanya memberanikan diri ke Hollywood mencari Marty dan memintanya mengakui ke orang tua Jason bahwa naskah tersebut memang terbawa oleh Marty.
Walaupun Jason tahu konsekuensi akan ditolak mentah-mentah dan ditendang jauh oleh Marty, yang di pertemuan awal saja sudah sangat menyebalkan dengan sikapnya yang arogan dan merendahkan orang lain, tapi dengan tekad kuat Jason tetap yakin ia mampu mendapatkan hasil yang baik.

Di sinilah film keluaran tahun 2002 ini menjadi menarik. Melihat perjuangan Jason dan temannya yang awalnya dengan cara baik-baik meminta Marty mengembalikan naskahnya dan menelpon orang tua Jason bahwa memang naskahnya digunakan untuk film terbarunya. Tapi, seperti tokoh antagonis lainnya, Marty menolak dengan cara yang juga khas seorang tokoh antagonis, yakni sadis dan membangkitkan aroma balas dendam bagi tokoh protagonist.

Jason pun memulai langkah memberi pelajaran bagi Marty dengan harapan ia akan sadar dan mengakui ketelodorannya kepada orang tua Jason. Tapi, walau sudah menderita karena keusilan Jason, Marty tetap kekeuh untuk menolak keinginan Jason. Akhirnya Marty memang kalah telak dengan rasa malu yang besar tidak hanya pada dirinya sendiri, tapi pada seluruh lingkungan yang mengenalnya. Dan Jason pun berhasil membuktikan bahwa ia bukan melulu pembohong.

******
Jika melihat sisi cerita ini, saya tertarik membawanya ke arah yang lebih luas yaitu budaya berbohong baik dalam bentuk yang benar-benar telanjang maupun tersembunyi seperti aktivitas membajak, meniru maupun menyadur ulang yang terjadi di masyarakat kita. Selain itu, sudah menjadi rahasia umum banyak produk kreatif anak negeri ini, baik lagu, film bahkan budaya kontemporer yang mengekor dan berkiblat pada suatu orang, instansi maupun aliran.

Baiklah, mungkin jika membicarakan budaya copy-paste hal ini tidak akan ada habisnya karena masing-masing dari kita punya pendapat sendiri. Mari kita kembali lagi ke tema berbohong yang ada di sekitar kita. Saya yakin banyak dari kita yang biasa berbohong, baik kepada teman, orang tua, bos, pacar, saudara bahkan pada diri sendiri untuk kepuasan sesaat.

Kita merasa bahwa permasalahan yang dihadapi bisa kita tutupi dengan kebohongan dan hasilnya kita harapkan akan baik. Tapi nyatanya, kebiasaan berbohong yang melembaga dalam pikiran kita dalam menuntaskan masalah justru akan merapuhkan diri kita sendiri, baik secara langsung maupun tidak, baik dalam jangka pendek maupun panjang. Tidak percaya? Silahkan buktikan sendiri.

Menarik apa yang dituliskan oleh M. Scott Peck di bukunya “The Road Less Travelled”. Buku yang terbit tahun 1978 ini diterbitkan dan dialihbahasakan oleh Ufuk Press. Saya sendiri belum tuntas membacanya, tapi ketika baru selesai di bagian 1 saya ingin berbagi pandangan Scott mengenai bagaimana manusia bisa berdamai dengan permasalahan yang dihadapi kepada teman-teman sekalian.

“Lantaran meyakini bahwa perkembangan jiwa manusia merupakan tujuan dari eksistensi manusia, saya jelas-jelas mengabdi pada gagasan kemajuan. Adalah benar dan tepat bahwa sebagai manusia kita seharusnya berkembang maju secepat mungkin. Oleh karenanya, benar dan tepat pula bahwa kita seharusnya memanfaatkan jalan pintas yang sah untuk diri kita menuju perkembangan pribadi.

Bagaimanapun, kata kuncinya adalah “sah”. Umat manusia hampir selalu memiliki kecenderungan kuat untuk mengabaikan jalan pintas yang sah ketika harus menemui jalan pintas yang tidak sah.”
Saya sendiri sangat setuju dengan tudingan Scott di atas, karena saya sendiri juga pelaku yang menjalankan praktek jalan pintas tidak sah di saat jalan yang sah secara jelas terbentang. Mengapa kecenderungan berbohong begitu besar pada diri kita??

Inilah yang menjadi salah satu pertanyaan terbesar dalam dunia Psikologi dan terus dikaji berbagai kemungkinannya. Ini salah satu jawaban Scott dalam bukunya yang masih terus dicetak ulang itu,
“Alasan manusia berbohong adalah untuk menghindari rasa sakit akibat tantangan dan konsekuensinya. Kebohongan merupakan upaya untuk menghindari penderitaan logis dan karenanya merupakan akibat dari penyakit mental.”

Ada dua kata kunci dari jawaban tersebut, yaitu menghindar dari kenyataan dan penyakit mental. Upaya menghindar dari kenyataan sendiri jelas merupakan suatu penyakit mental, walaupun sekecil apapun pengingkaran tersebut. Adapun penyakit mental bisa dibagi dua, yaitu neurosis dan gangguan karakter. Orang yang mengidap neurosis terlalu banyak memikul tanggung jawab, sedangkan orang dengan gangguan karakter tidak cukup memikul tanggung jawab.

Lebih lanjut menurut Scott, ketika penderita neurosis dan gangguan karakter mengalami konflik dengan dunia, mereka secara otomatis mengasumsikan bahwa dunialah yang bersalah. Pembicaraan dengan orang neurosis mengindikasikan citra diri individu sebagai orang inferior, selalu tanpa karakter, dan menganggap telah membuat keputusan keliru (“saya seharusnya”, “saya harus”).

Di sisi lain, pembicaraan dengan penderita gangguan karakter menunjukkan citra diri orang yang tidak punya kuasa untuk memilih. Perilakunya benar-benar diatur oleh kekuatan eksternal yang berada di luar kontrolnya (“saya tidak bisa”, “saya tidak boleh”, “saya perlu”, “saya berhak”) .

Nampaknya kita memang harus berhenti membenci kehidupan hanya karena sejumlah pilihan yang menyakitkan yang pernah kita buat. Karena kita mengetahui bahwa keseluruhan hidup orang dewasa adalah serangkaian pilihan dan keputusan pribadi. Bila kita dapat menerima ini secara total, maka kita akan menjadi orang yang bebas, dan jika tidak maka akan selamanya merasa kita sebagai korban.
Mungkin pepatah yang mengatakan bahwa jika kita bukan bagian dari solusi, maka kita adalah bagian dari masalah benar adanya.

Scott menawarkan empat langkah untuk menjadikan kita pribadi yang bangga akan diri sendiri dan siap menghadapi berbagai masalah tanpa perlu menekan diri dengan berbohong dan menyalahkan pihak lain (pointing finger to others). Keempat langkah tersebut yaitu, penundaan kepuasan, penerimaan tanggung jawab, dedikasi terhadap kebenaran dan keseimbangan.

Dalam bukunya pula Scott menekankan pentingnya peran orang tua dalam mengasuh anaknya. Apakah orang tua menjalankan pola kedisiplinan dengan penuh cinta, atau dengan cara yang sebenarnya menghukum si anak, apakah orang tua seseorang yang bisa memenuhi janjinya kepada anak. Pola asuh terhadap anak jelas memiliki dampak terhadap perkembangan mental anak dalam menghadapi dunia di saat dewasa nanti.

Memang tidak sesimpel itu dalam melihat motivasi seseorang berbohong. Tapi semua penjelasan itu bisa dirangkai Scott dengan baik karena didukung data dan pengalaman dirinya sendiri sebagai seorang psikoanalisis-psikiater. Maka, tidak heran banyak buku psikologi banyak mengutip ajaran dari buku Scott ini.

********

Kembali ke film “Big Fat Liar”, ada gambaran bagaimana manusia memang suka mengobral janji saat mengalami kesulitan dan dengan mudahnya melupakan janji tersebut, seperti yang dikatakan Marty kepada Jason saat ia sedang kesulitan menjelaskan kepada bosnya mengenai film terbarunya,

“Kau keluarkan aku dari sini, aku akan mengatakan kepada Ayah-mu bahwa kau yang menulis naskah Big Fat Liar, Erin Brokovich dan Saving Private Ryan, oke??”

Saat film ini usai, saya pun mengganti channel ke tv lain, dan tanpa sengaja grup musik lawas Kelompok 3 Suara yang digawangi Dian Pramana Poetra, Dedy Dhukun dan Bagus AA sedang menyanyikan lagu “Bohong” yang mereka ciptakan tahun 80-an

Bohong,,kamu tukang bohong,
Bohong,,janjimu palsu,,

Mmmmm,,sounds familiar??

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun