Ternyata malam jum'at itu tidak menakutkan, malah dapat  membuat hati manusia terenyuh, dan ternyata di balik megahnya kota surabaya itu, tersimpan pilu, yang entah sengaja disembunyikan, atau kita yang selama ini tidak pernah sadar karena terlalu sibuk dengan pribadi masing-masing. Kalimat tadi mungkin dapat menjelaskan perasaan yang dialami oleh saudaraÂ
Agie Nugroho , beliau adalah salah satu pendiri komunitas gerakan Sego Bungkus Surabaya (SEBUNG.red). Komunitas ini bergerak setiap hari  Kamis malam, sekitar jam 22.00, biasanya mereka berkumpul terlebih dahulu di emperan  gedung perpustakaan Kampus B, Universitas Airlangga Surabaya, sebelum akhirnya menyebarkan ratusan bahkan ribuan bungkusan nasi lengkap dengan lauk pauk dan minum nya  ke seantero  kota Surabaya, pada kaum-kaum miskin, anak-anak jalanan, dan tukang becak yang kelaparan.
KEMBALI KE ARTIKEL