Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Artikel Utama

Perjalanan Darat Menempuh Asia Tenggara dengan Rp. 3,5 Juta (Bag. 1)

15 Januari 2012   15:56 Diperbarui: 4 April 2017   18:31 5255 1

Perjalanan adalah sesuatu yang sangat menyenangkan bagi Saya. Apalagi perjalanan tersebut dilakukan lewat jalan darat yang melalui kota-kota yang bisa dinikmati pemandangannya. Walaupun pemandangan yang terlihat terkesan monoton tetapi bagi Saya perjalanan yang melalui jalur darat memiliki kenikmatan tersendiri. Terlebih lagi perjalanan tersebut bisa melintasi 2 batas wilayah yang memiliki budaya yang berbeda. Ada rasa takjub saat melintasi daerah-daerah seperti itu dimana dua wilayah yang berbatasan yang hanya dibatasi tanah tetapi memiliki budaya yang sangat berbeda.

Kali ini Saya akan melakukan perjalanan yang tidak akan pernah Saya lupakan. Yaitu perjalanan melintasi berbagai batas negara yang memiliki budaya yang berbeda antara satu sama lainnya. Perjalanan yang Saya lakukan seorang diri ini dimulai dari Batam dengan menyeberangi laut ke Malaysia yang berjarak tidak begitu jauh. Kemudian dari Malaysia hingga Vietnam Saya jalani dengan melalui jalur darat.

Jarum jam hampir menunjukkan angka 5 sore. Saya pun mulai bersiap pulang dari kantor dan mampir ke rumah sejenak untuk mengambil ransel dan berganti pakaian. Setelah itu Saya langsung melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Ferry Internasional di Batam Centre dengan menggunakan ojek. Setibanya di Pelabuhan Saya langsung masuk serta melakukan check-in dan pengecekan passport. Beberapa menit sebelum berangkat Saya mulai memasuki kapal.

Tepat pukul 17.45 Ferry yang tiketnya Saya beli seharga 240 ribu ini pun berangkat meninggalkan Pulau Batam. Penumpang tidak terlalu penuh. Hanya sepertiga kursi saja yang terisi. Terdapat juga beberapa TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang akan berangkat ke Malaysia.

Tepat pukul 20.30 Waktu Malaysia Ferry tiba di Pelabuhan Stulang Laut, Johor Bahru, Malaysia. Lama perjalanan dari Batam ke Johor Bahru dengan menggunakan Ferry ini adalah 1 jam 45 menit. Setelah turun dari Ferry dan melakukan pengecekan Passport kemudian Saya langsung mencari Musholla di sekitar terminal untuk menunaikan sholat Maghrib dan dijama’ Isya’. Usai sholat Saya langsung mencari taksi menuju Terminal Bus Larkin, Johor Bahru.

Banyak sekali agen resmi tempat penjualan tiket taksi di sekitar pelabuhan ini Kemudian Saya memesan taksi untuk menuju Terminal Bus Larkin di salah satu agen tempat penjualan tiket resmi seharga RM19. Taksi pun berangkat menuju Terminal Bus Larkin. Informasi yang saya dapatkan dari supir taksi yang Saya tumpangi tersebut bahwa sebenarnya Saya bisa mendapatkan tarif taksi yang lebih murah jika mencarinya di luar pelabuhan dengan berjalan kaki sekitar 200 meter.

Lama perjalanan dari Pelabuhan Stulang Laut menuju Terminal Bus Larkin Johor Bahru adalah sekitar 20 menit. Tiba di Terminal Bus Larkin Saya langsung disambut oleh seorang calo. Si Calo terus mengikuti tetapi Saya abaikan. Saya terus berjalan kaki hingga memasuki Terminal Bus Larkin dan mencari sendiri bus yang Saya inginkan. Saya terus berjalan menyusuri tempat deretan agen penjualan tiket yang terdapat di terminal ini. Kemudian Saya berhenti disalah satu agen penjualan tiket dan menanyakan bus tujuan Kuala Lumpur. Akhirnya saya dapatkan tiket ke Kuala Lumpur seharga RM31.

Tiket bus ke Kuala Lumpur yang Saya beli keberangkatannya pukul 23.30 atau merupakan bus terakhir yang menuju Kuala Lumpur. Sengaja Saya pilih bus terakhir karena perjalanan dari Johor Bahru ke Kuala Lumpur hanya membutuhkan waktu sekitar 4 jam sehingga saat tiba di Kuala Lumpur Saya tidak perlu terlalu lama menunggu waktu pagi. Sambil menunggu bus ke Kuala Lumpur berangkat sekitar 2 jam lagi, waktu yang tersisa ini Saya manfaatkan untuk menyaksikan final pertandingan sepakbola antara Indonesia vs Malaysia di sebuah warung kafe kopitiam sekitar terminal. Kebetulan saat itu sedang berlangsungnya pertandingan SEAGames.

Tiba-tiba perut Saya terasa lapar. Saya pun menyempatkan untuk makan malam di salah satu warung nasi di sekitar terminal. Saya memesan Nasi Lemak seharga RM2.5. Cukup nikmat juga walau hanya ditaburi lauk berupa sedikit ikan teri, telor, dan sambal. Setelah makan kemudian Saya kembali ke warung kafe kopitiam tadi untuk melanjutkan nonton pertandingan sepakbola. Tak lama kemudian terdengar sorak kegembiraan di warung kafe kopitiam ini. Ya, sorak kegembiraan yang menandakan timnas Indonesia kalah.

Hari semakin malam. Bus tujuan Kuala Lumpur tak lama lagi akan berangkat. Saya pun kembali ke agen tempat Saya memesan tiket untuk menanyakan kepada petugas tiket mengenai bus yang akan Saya naiki. Si petugas tiket yang seorang wanita berbaju kurung dan berkerudung serta memiliki paras yang manis itu pun kemudian menunjukkan bus yang akan Saya naiki sambil mengucapkan “Dabelyu Kei Wai…”. Saya sedikit bingung dengan apa yang diucapkannya. Tak lama kemudian Saya baru menyadari bahwa yang diucapkannya adalah huruf W, K, dan Y disertai nomor dibelakangnya yang merupakan plat nomor bus yang akan Saya naiki.

Saya mulai memasuki bus. Penumpang tidak terlalu ramai. Hanya sepertiga yang terisi dari total semua kursi. Bus tidak langsung berangkat karena masih menunggu beberapa penumpang lainnya. Sambil menunggu penumpang lain Saya pun berbincang-bincang dengan seseorang berkewarganegaraan Srilanka yang duduk di seberang kursi Saya. Warga negara Srilanka yang berusia tak jauh berbeda dengan Saya itu ternyata sedang menjalankan tugas pekerjaannya di Malaysia. Tak lama kemudian masuk seorang bapak tua yang mengisi kekosongan kursi disebelah saya. Saya memanggilnya dengan sebutan Pak Cik. Pak Cik ini bicaranya sangat formal sekali sehingga saat Saya berbincang dengannya harus bersabar mendengarkan kalimat-kalimatnya yang sangat panjang.

Bus tujuan Kuala Lumpur yang Saya naiki ini kondisinya sangat bersih dan terawat. Selain itu yang membuat Saya kagum adalah kursi bus ini juga dapat difungsikan untuk pijat refleksi otomatis dengan menekan salah satu tombol yang terdapat di sisi kiri. Setelah tombol ditekan maka kursi bus yang sedang diduduki akan mulai bergerak seperti memijat dengan menyandarkan badan ke sandaran kursi tersebut. Baru kali ini Saya menemukan bus seperti ini. Keren.

Jarum jam hampir menunjukkan pukul 12 malam. Bus berangkat meninggalkan Terminal Bus Larkin. Selama perjalanan Bus hanya berhenti sekali untuk memberikan kesempatan kepada penumpang yang ingin ke toilet. Saya agak sedikit bingung saat supir bus berkata ‘Tandas’ ketika bus berhenti. Saya baru menyadarinya arti kata tersebut saat Saya melihat sebuah toilet yang diatasnya tertulis kata Tandas.

Tepat pukul 4 pagi bus tiba di Terminal Bus Puduraya Kuala Lumpur. Bus tidak memasuki kawasan terminal. Semua penumpang diturunkan di sisi luar Terminal Bus Puduraya tepatnya di sekitar perempatan sebuah jalan raya. Ditempat ini banyak juga penumpang lainnya yang sedang duduk menunggu waktu pagi tiba. Tak jauh dari tempat bus berhenti terdapat sebuah rumah makan yang buka 24 jam yang bisa dijadikan alternatif untuk menghilangkan rasa bosan selama menunggu waktu pagi.

Waktu sholat subuh hampir tiba. Saya pun mulai bertanya kepada orang-orang yang ada di sekitar mengenai keberadaan masjid terdekat. Beruntung Saya tidak perlu bertanya kepada banyak orang karena orang pertama yang Saya tanyakan langsung mengerti apa yang Saya inginkan. Orang yang saya tanyakan yang bernama Pak John tersebut juga memiliki keinginan yang sama. Ternyata Ia juga ingin menunaikan sholat subuh. Akhirnya Saya pun pergi menuju masjid terdekat bersamanya.

Saya dan Pak John tiba di Masjid Jami’ Kuala Lumpur. Perjalanan ke masjid ini Kami tempuh dengan berjalan kaki sekitar 10 menit. Masjid Jami’ Kuala Lumpur ini cukup besar dan mewah. Apalagi saat itu hari masih gelap sehingga sinar lampu yang menerangi Masjid ini terlihat begitu indah.

Setelah selesai menunaikan sholat subuh Saya dan Pak John kembali ke Terminal Bus Puduraya. Kami memasuki warung makan yang buka 24 jam untuk sarapan. Warung makan ini milik warga keturunan India sehingga banyak sekali menu India disini. Seperti biasa Saya memesan nasi lemak dan segelas teh tarik. Pak John memilih Roti Canai. Total harga dari keseluruhan yang kami pesan ternyata hanya RM5.5. Cukup murah.

Hari mulai terang. Saya dan Pak John pun berpisah. Pak John yang berasal dari Kuantan, Malaysia, tersebut harus melakukan tugas kerjanya di Kuala Lumpur. Sementara Saya langsung menuju Terminal Bus Puduraya yang terdapat di seberang jalan untuk membeli tiket tujuan Hat Yai, Thailand.

Terminal Bus Puduraya di Kuala Lumpur ini terkesan cukup mewah. Memasuki terminal ini seperti memasuki ruang tunggu sebuah Bandara. Saya terus berjalan melewati deretan kursi tunggu penumpang yang masih kosong. Kemudian Saya menemui salah seorang petugas di dalam terminal ini untuk menanyakan lokasi tempat penjualan tiket. Ia mengarahkan Saya untuk menuju ke lantai atas. Saya semakin kagum dengan Terminal Bus Puduraya ini saat melihat tempat penjualan tiket di lantai atas yang hampir mirip dengan suasana tempat penjualan tiket bioskop 21 di Indonesia. Suasananya nyaman sekali. Ruangannya ber-AC dan lantainya dialasi dengan karpet tebal yang empuk.

Kemudian Saya menuju ke salah satu agen tiket yang terdapat kata “Hat Yai” di depan loketnya. Akhirnya tiket bus tujuan Kuala Lumpur, Malaysia – Hat Yai, Thailand Saya dapatkan dengan harga RM50. Bus ini akan berangkat pukul 9 pagi. Sementara jarum jam masih menunjukkan pukul 7 pagi. Saya pun memanfaatkan sisa waktu ini dengan menjelajahi sebagian kecil kota di Kuala Lumpur dengan berjalan kaki. Tujuan pertama Saya adalah mencari tempat penukaran uang untuk menukarkan Rupiah Saya menjadi Baht, mata uang Thailand.

Ternyata belum ada satu pun Money Changer yang buka. Saya mencoba berjalan lagi sambil berharap ada yang sudah buka. Karena merasa lelah Saya beristirahat sejenak di sebuah halte bus. Tiba-tiba seorang pria paruh baya berseragam sekuriti yang duduk di sebelah Saya dengan rasa percaya diri menyatakan keinginannya untuk mengikuti perjalanan Saya. Bahkan sekuriti yang berperawakan kecil dan berkulit hitam tersebut menawarkan diri untuk menjadi bodyguard. Saya mulai curiga. Kemudian Saya tinggalkan pria tersebut dan melanjutkan perjalanan sambil berharap ada Money Changer yang sudah buka.

Jarum jam hampir mendekati pukul 9 pagi. Saya kembali menuju Terminal Bus Puduraya dan mempersiapkan diri untuk menunggu keberangkatan bus tujuan Hat Yai, Thailand. Setelah memasuki ruang tunggu Terminal Bus Puduraya yang terdapat di lantai 2 dengan menggunakan eskalator lalu Saya mengambil posisi tempat duduk yang terdekat dengan pintu platform menuju bus. Platform menuju bus ini terlihat canggih. Untuk menuju bus yang berada di lantai bawah penumpang harus melewati pintu platform tersebut dengan menekan sebuah tombol yang terdapat di sisi kanan. Setelah tombol ditekan kemudian pintu platform yang dibuat dari kaca transparan tersebut akan terbuka secara otomatis.

Saya mulai turun ke lantai bawah melalui pintu platform nomor 15. Tampak deretan bus yang berjejer rapi sedang menanti penumpang. Ternyata bus yang akan Saya naiki sudah menunggu di luar tepat di sebelah terminal. Semua penumpang tujuan Hat Yai, Thailand di arahkan ke luar terminal oleh petugas bus. Kemudian petugas bus tersebut menunjukkan sebuah bus tingkat berwarna kuning yang didesain cukup menarik. (Bersambung)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun