Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Belajar dari Mentari

13 November 2015   22:17 Diperbarui: 13 November 2015   23:10 42 0
Ada satu hal yang membuatku selalu tesenyum saat diterpa secercah cahaya suci yang menyilaukan hati, membuatku selalu bersyukur masih bisa menemuinya walau barang hanya sedetik saja. Nafasku selalu terdengar syahdu saat merasakan hangat sapanya, begitupun dengan melodi nadi yang kudengar begitu harmoni disentuh sukmanya. Mentari, yang berdiri gagah tersenyum bijaksana. Ia terlihat lelah menanggung beribu-ribu pesan cahaya yang harus ia sampaikan ke muka bumi. Kepada seluruh umat manusia, baik yang merindukan sinarnya atau yang enggan melihatnya bersinar. Tapi lihat, mentari tak peduli. Ia tetap teguh dalam tugas mulia yang telah Tuhan berikan kepadanya. Pernah aku memergokinya sesekali mengeluh, menampakkan wajah letihnya di hadapan buih awan. Keluhnya hanya berupa piyuhaan nafas yang kemudian berganti dengan ucapan syukur kepada-Nya. Aku heran dan kembali bersembunyi dari tempatku berpijak. Saat itu pula kudengar awan bertanya, “Mentari, tidakkah kau memiliki cara mengeluh yang lebih mudah kuterima? Sungguh aku tak pernah tahu apa yang kau pikirkan.” Mentari hanya tersenyum, senyum penuh makna yang membuat awan selalu mendapatkan berjuta kebingungan karenanya. Bertahun-tahun pula berjuta tanya hadir dalam benakku. Namun, aku tak pernah berani mengatakannya pada Sang Mentari. Sungguh, aku ingin menemukan jawabnnya dari apa yang kulihat sendiri. Menyelidik setiap inchi goresan emas hasil lukisan mentari, memaknainya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun