Komunikasi politik di Indonesia telah mengalami perubahan signifikan dengan kemunculan media sosial sebagai salah satu alat utama untuk membangun citra diri. Di era digital ini, politisi dan partai politik menggunakan platform seperti Instagram, Twitter, dan TikTok untuk menyampaikan pesan politik dan membangun hubungan dengan publik. Media sosial tidak hanya menjadi alat komunikasi tetapi juga medan interaksi dan pertempuran opini yang memengaruhi persepsi masyarakat. Namun, media sosial juga membawa tantangan, termasuk polarisasi politik, manipulasi informasi, dan reaksi keras dari masyarakat. Hal ini menjadi penting karena media sosial tidak hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga ruang interaksi yang dapat membentuk persepsi publik secara cepat dan luas. Tetapi, dampak dari strategi pencitraan ini perlu dikaji secara kritis: apakah menciptakan hubungan yang lebih dekat antara politisi dan rakyat, atau malah memperburuk polarisasi di masyarakat?
KEMBALI KE ARTIKEL