"Bang....abang buah sini dong," teriak seorang pelanggannya Yuyun seorang ibu paruh baya.
Rizal menghadap ke arah  Yuyun, dan dia membuat kode dengan tangannya yang berarti bahwa dia tidak bisa. Dia pun memanggil dengan kode tangan agar ibu Yuyun menghampirinya.
Yuyun bingung oleh apa yang dilakukan Rizal.
"Ini si abang kenapa sih? Kayak habis lihat setan, ketakutan gitu?", gumam Yuyun. Namun karena Yuyun memerlukan buah saat itu juga, maka dia menghampiri Rizal.
"Bang, kenapa gak berani  masuk gang saya?", tanya Yuyun penasaran.
"Iya bu saya trauma kalau masuk ke gang ibu," jawab Rizal.
Yuyun tambah penasaran dan ingin tahu. "Emangnya di gang saya ada setan gitu bang?" tanya Yuyun.
Rizal berkecamuk di dalam hatinya, antara cerita atau tidak cerita.
"Bang, kenapa bengong?" Yuyun dengan nada agak tinggi,"Entar kalau gak mau cerita, saya lapor pak RT, sebelah rumah saya loh."
"Saya bilang pak RT, kalau kata bapak ada setan di  gang saya," ancam Yuyun.
"Ah...iya deh bu, saya cerita, tapi janji ya jangan kasih tahu siapa-siapa," Rizal agak galau.
"Tergantung lah, abang cerita bohong apa beneran," ancam Yuyun lagi.
"Saya tuh trauma bu kalau masuk gang ibu."
"Beberapa kali  kalau saya lewat, Ibu Syaqi memanggil saya lalu dia membeli dagangan saya, nah terus kalau dia beli misal 1 kilo, sesudah ditimbang dan dibayar, dia nyomot buah ini, buah itu, segenggam-segenggam dan gak dibayar, dia langsung pergi sambil bilang, ini sampel yang bang," jelas Rizal.
"Bukannya untung malah buntung, kan bu?", tanya Rizal pada Yuyun.
"Oh begitu permasalahannya, saya faham deh," jawab Yuyun
0000
Untuk  beberapa hari setelah mendengar cerita itu Yuyun menyimpan rahasia ini sesuai janjinya pada Rizal. Dia tidak mau langsung mempercayai apa yang diucapkan Rizal, namun dia juga tidak mau menganggap Rizal mengada-ada. sebab dia tidak melihat kejadiannya secara langsung. Sumber informasi Cuma dari si abang pedagang buah. Kalau dia berbicara pada orang lain, maka kalau itu salah akan menjadi fitnah, kalau benar maka akan menjadi ghibah. Keduanya sama-sama menyebabkan dosa.
Hingga tiba suatu hari dimana ada acara pengajian ibu-ibu di mushalla. Hampir semua ibu-ibu dan remaja putri di gang Naga menghadiri acara pengajian itu, termasuk Ibu Syaqi. Kebetulan thema yang dibahas adalah masalah perdagangan dalam Islam. Para ibu yang hadir sangat antusias mendengarkannya, beberapa ibu mencatat di buku catatan kecilnya apa yang diucapkan oleh ustadz.
Setelah tiba waktunya untuk bertanya jawab, Yuyun pun segera bertanya pada ustadz.
"Apa hukumnya, setelah kita membayar barang yang sudah disetujui oleh kedua pihak baik jumlah dan harga, tapi tiba-tiba setelah transaksi selesai, pembeli mengambil sendiri barang yang diperdagangkan tanpa persetujuan penjual, dengan alasan sebagai sampel?" tanya Yuyun.
"Haram!" ustadz langsung menjawab dengan nada agak tinggi dan tegas tanpa ba bi bu dulu. Ustadz berkata demikian karena untuk menarik perhatian para hadirin supaya konsentrasi pada kasus ini.
"Mengapa saya katakan demikian?" tanya ustadz.
"Logika saja ya? Kan barang yang ditransaksikan sudah dibayar sesuai kesepakatan, lalu tiba-tiba pembeli menambahkan jumlah barang tanpa persetujuan penjual, itu namanya apa, ya?", tanya ustadz pada para hadirin.
"Mencuri."
"Memaksa."
"Merampok."
"Preman."
Suasana menjadi riuh rendah saling tertawa.
"Ibu, ibuuuuuu, iiiiiiibuuuuuu, itu bukan saya yang bilang ya,? Ustadz menyela di sela-sela riuh rendah para ibu saling tertawa ngikik dan terkekeh-kekeh.
"Ibu komentarnya sadis sekali deh," kata ustadz.
Kembali lagi suasana menjadi riuh.
Ibu Syaqi yang hadir di acara itu, tersenyum getir melihat keadaan dan jawaban para ibu. Nampak bahwa mayoritas yang hadir sangat membenci perilaku seperti yang dia lakukan pada tukang buah. Meskipun mereka tidak tahu apa yang dilakukannya, tapi dia merasa semua itu ibarat pedang untuk menusuk dirinya.
"Saya harus menebus kesalahan pada tukang buah."
0000
Keesokan harinya sengaja dia menunggu di mulut gang agar bisa mencegat tukang buah. Akhirnya yang ditunggu-tunggu pun tiba.
Rizal melihat ada Ibu Syaqi, hendak berbalik arah. Namun ibu Syaqi berhasil mencegatnya.
"Kok seperti lihat hantu, bang?" tanya bu Syaqi.
Rizal pun diam tidak menjawab. Melihat kondisi demikian, bu Syaqi langsung memesan 3 kilo buah, dan dia menyerahkan beberapa uang ratusan ribu pada Rizal.
"Ini untuk membayar sampel-sampel buah yang saya ambil kemarin-kemarin, bang, cukup apa tidak?" tanyanya.
Rizal yang masih kikuk dengan suasana, menjawab,"Cukup, bu, terima kasih."
"Jadi besok-besok masuk aja ke gang ya bang, setan dan hantunya udah pergi," komentar Ibu Syaqi yang disambut senyum pedagang buah.