Fembo berbicara dengan Kak Seto, bahwa dia mohon titip anak-anaknya agar kuat menghadapi perundungan. Menarik, sekali. Penyesalan memang selalu datang belakangan, kalau di awal ya namanya pendaftaran. Waktu berbuat melakukan pembunuhan apa tidak memikirkan nasib anak-anaknya? Waktu melakukannya apakah dia tidak memikirkan bahwa J juga punya keluarga. Waktu melakukannya apakah dia merasa sebagai Tuhan yang merasa berhak mencabut nyawa orang lain sesukanya? Apakah dia merasa bisa membuat skenario tanpa diketahui manusia lain? Sayang sekali  skenario dan makar Allah ternyata jauh lebih hebat dari apapun.
KEMBALI KE ARTIKEL