--
Apa yang menimpa Deny adalah suatu hal yang lumrah karena kita adalah negara berdasarkan hukum, mudah-mudahan kejadian tersebut berakhir dengan baik sehingga tidak ada pihak yang dirugikan nama baik atau profesinya dan Deny sendiri bisa belajar lebih banyak tentang social network.
--
Berkaca dari peristiwa tersebut, bila Deny menuangkan idenya di blog kemungkinan tidak akan terjadi salah paham berkepanjangan. Apapun blognya baik itu yang disediakan gratisan atau berbayar atau menggunakan blog seperti yang disediakan Kompasiana akan mampu menyerap inspirasi atau kekesalan-kekesalan Deny karena blog memiliki space yang besar. Dengan menulis blog, maka apa yang menjadi pendapat atau ide seseorang akan bisa dituangkan dengan penuh berikut penjelasan-penjasannya tanpa takut dipotong-potong. Amat berbeda dengan Twiter yang hanya menyediakan 140 karakter yang tentu saja sangat jauh dari ideal untuk menuangkan pendapat besar dari seorang menteri.
--
Selain itu, dengan menuliskan ide atau pendapat di blog, para pembaca juga bisa melihat kumpulan-kumpulan ide dari seseorang meskipun sudah bertahun-tahun sehingga banyak orang bisa belajar dari orang tersebut. Bandingkan dengan twiter yang akan hilang dalam hitungan hari atau detik.
--
Di Indonesia, banyak CEO yang memanfaatkan blog sebagai tempat menuangkan inspirasinya seperti Hermawan Kartajaya, BJ Onggo dan lain-lain, sementara CEO di luar negeri tak terhitung yang memiliki blog pribadi.
--
Ada seorang teman yang bijak menasihati saya, agar twiter dan FB hanya digunakan sebagai media promosi untuk menarik pembaca ke tulisan kita, jangan gunakan untuk menuangkan ide-ide penting. Saya fikir ya memang benar pendapat itu. Dengan karakter yang begitu sedikit cocok sekali untuk mentwit link dimana suatu tulisan berada dan para follower bisa segera mengklik link yang disebutkan bila mau, , misalnya bila KOMPAS.COM menulis maka twitnya akan seperti ini :"Pembakaran pesantren dipicu isu dilepasnya ustadz cabul http://t.co/zkkjHKsk."
--
Jelas sekali di twit tersebut yang tampil hanya judul tulisan sehingga hanya penarik minat membaca lalu dibawa ke alamat link dimana tulisan itu berada. Dengan demikian bila penjelasan dari tulisan secara panjang lebar terjabar di dalam tulisan orang akan membaca secara utuh. Hal ini menghindari penulis dari kesalahfahaman pembaca. Seperti yang diuraikan para advocat yang akan menuntut Deny, di acara TV ONE tadi pagi, dikatakan bahwa yang membuat mereka marah ialah tulisan yang pertama ditulis Deny, perkara Deny kemudian di tengah-tengah percakapan kemudian merevisinya tapi tetap tulisan pertama itu yang mereka jadikan dasar tuntutan.
--
Memang inilah pentingnya ngeblog bagi para pejabat dan tentu saja anda yang peduli dengan kemajuan bangsa ini. Agar apa yang menjadi ide-ide atau ungkapan hati bisa tetap tertuang ditambah dengan gaya menulis yang bagus justru akan menjadi pengetahuan bagi orang lain. Semoga kejadian Deny tidak membuat para pejabat kapok menulis, tapi mulai membiasakan dirinya dengan blog.
--
Salute buat Pak Deny semoga masalahnya bisa berakhir dengan baik, dan mulai menulis di blog.