Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun ada kesadaran mengenai pentingnya berpikir logis, penerapan logika dalam menganalisis isu sosial sering kali terbatas. Banyak responden yang mengakui bahwa mereka cenderung terpengaruh oleh emosi atau bias pribadi saat mengemukakan argumen mengenai isu-isu sosial. Selain itu, disinformasi yang tersebar di media sosial juga menjadi hambatan signifikan dalam mempromosikan pemikiran logis yang rasional. Temuan ini mengindikasikan bahwa meskipun logika dianggap penting, tantangan utama terletak pada pendidikan dan pemahaman logika yang belum merata di masyarakat.
Hambatan lain yang ditemukan dalam penelitian ini termasuk kurangnya pendidikan formal mengenai prinsip-prinsip logika dan berpikir kritis, serta dominasi argumen berbasis opini subjektif dalam banyak diskusi publik. Banyak individu yang tidak sepenuhnya memahami konsep dasar logika deduktif dan induktif, sehingga sulit untuk membuat argumen yang valid dan rasional. Ini berpotensi memperburuk polarisasi dan ketidakpahaman terhadap isu sosial yang kompleks, yang pada akhirnya menghambat tercapainya solusi yang objektif dan efektif.
Berdasarkan temuan ini, penelitian ini memberikan rekomendasi untuk meningkatkan pendidikan berpikir logis melalui berbagai saluran, termasuk program pendidikan formal, pelatihan masyarakat, serta kampanye literasi digital untuk memerangi disinformasi. Penelitian juga menyarankan agar pendekatan logis lebih diutamakan dalam analisis isu sosial yang lebih spesifik, seperti ketimpangan rasial dan krisis migrasi. Di masa depan, penelitian lebih lanjut diharapkan dapat mengeksplorasi cara-cara yang lebih efektif untuk meningkatkan penerapan berpikir logis di kalangan masyarakat, khususnya dalam konteks pengambilan keputusan sosial yang lebih rasional.