Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Membangkitkan Semangat Siswa dalam Belajar Bahasa Inggris Melalui Pembelajaran Melalui E-Learning

5 Januari 2024   08:13 Diperbarui: 5 Januari 2024   08:20 107 0
Oleh:
Fadilah Rismina Putri
 
Dosen Pembimbing;
Vera Sardila S.pd, M,pd
 
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
 
 
ABSTRAK
 
Kualitas pendidikan di Indonesia bisa dikatakan masih relatif rendah. Sedangkan di pihak lain, tantangan di berbagai bidang kehidupan semakin berat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang informasi, komunikasi, dan transportasi sangat pesat, eskalasi pasar bebas antarnegara dan bangsa semakin meningkat, dan iklim kompetisi di berbagai aspek kehidupan semakin ketat.
Pembelajaran pada sekolah-sekolah umumnya masih menggunakan metode yang sama yaitu masih menggunakan metode konvensional yang sering disebut dengan ceramah. Dengan metode seperti ini siswa cenderung menjadi siswa yang pasif dan tidak bisa berkembang, apalagi memiliki greget untuk belajar bahasa Inggris yang dirasakan sulit. Padahal jika diberi kebebasan untuk mengembangkan semua potensinya siswa akan menjadi siswa yang aktif. Siswa itu bukan obyek akan tetapi siswa adalah subyek. Yang harus dikembangkan agar menjadi pribadi yang lebih mandiri. Guru adalah fasilitator dalam proses pembelajaran sehingga guru sebisa mungkin harus bisa mengembangkan metode pembelajaran yang lebih inovatif yang dapat menarik minat dan membangkitkan greget siswa dalam belajar berbahasa khususnya bahasa Inggris. Oleh karena itu melalui model pembelajaran E-Learning ini diharapkan siswa menjadi greget dan antusias dalam belajar bahasa Inggris. Sehingga mereka nantinya terampil dan mampu mengembangkan dirinya dalam berkomunikasi secara global.
 
Kata kunci: Semangat siswa, pembelajaran bahasa Inggris, E-learning
 
 
PENDAHULUAN
 
Selama ini pembelajaran bahasa Inggris bagi sebagian guru cenderung diajarkan secara konseptual saja, bersifat hafalan dan kurang mementingkan proses pemahaman dan pembinaan konsep. Pada hakikatnya prosesi belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah nilai sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap peserta didik. Nilai -- nilai tidak datang dengan sendirinya tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar sesungguhnya tidak hanya berada di dalam kelas saja, tetapi bisa dikembangkan diluar kelas diantaranya seperti; di halaman sekolah, di perpustakaan, di pedesaan, televisi, internet dan sebagainya.
Secara garis besar sumber -- sumber belajar tersebut dapat dikelompokkan menjadi 5 kategori yaitu; manusia, buku/perpustakaan, media masa, alam lingkungan dan media pendidikan. Namun guru biasanya kurang tertarik menggunakan media sebagai sumber belajar seperti halnya mengajak siswa keluar lingkungan sekolah. Hal ini disebabkan berbagai faktor, diantaranya; waktu yang terbatas dan keterbatasan guru dalam mengembangkan inovasi pembelajaran. Padahal sumber belajar cukup kaya di lingkungan di mana siswa tumbuh.
Berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi, guru dipandang perlu memanfaatkan teknologi tersebut dalam pembelajaran di kelas. Dengan pemanfataan teknologi informasi dan komunikasi maka akan ada banyak keuntungan yang bisa diperoleh untuk tujuan pembelajaran bahasa Inggris.
Selama guru masih mengajar dengan cara tradisional maka selama itu pula siswa merasa tertekan dan tidak bisa mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Selain itu siswa akan cenderung tumbuh menjadi siswa yang pasif. Untuk menjadi guru yang inovatif diperlukan perubahan yang mendasar baik dari segi pola, pradigma, metode, pengetahuan, niat, doa, hingga sikap. Di mulai dari will (semangat dan doa) dan attitude (bergaul dengan orang yang sama). Kemudian akan menjadi guru yang inovatif yang menghasilkan peserta didik yang memiliki skill, knowledge, dan experiment. Bagaimana cara merubah metode pembelajaran yang tradisional (ceramah) menjadi metode yang inovatif untuk siswa? Apakah melalui pembelajaran e-learning dapat meningkatkan greget siswa dalam belajar bahasa Inggris?
 
MEMBANGKITKAN SEMANGAT BELAJAR BAHASA INGGRIS
 
Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan interaksi untuk mengubah potensi menjadi pancaran dahsyat keunikan diri. Interaksi tersebut akan terjadi jika terdapat hubungan antara sesuatu yang sudah dipahami dengan sesuatu yang baru. Melalui peristiwa belajar tersebut, diri siswa akan mengalami perubahan ke arah diri yang lain dan baru. Jika pembelajaran tidak mampu mengubah diri siswa, pembelajaran itu sia-sia. Karena itu, proses menciptakan hubungan antara pengetahuan lama yang telah dimiliki siswa dengan perihal baru yang akan dipelajari merupakan aktivitas penting dalam proses pembelajaran.
Belajar bahasa adalah belajar berbahasa, artinya berpraktik menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi dan maknanya dalam komunikasi. Karena itu, belajar bahasa terjadi dalam suatu kegiatan interaksi belajar-mengajar bahasa. Aktivitas interaksi pembelajaran bahasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan aktivitas interaksi pembelajaran mata pelajaran lainnya.
Karakteristik aktivitas interaksi belajar-mengajar bahasa disajikan sebagai berikut.
(1) Aktivitas yang dilaksanakan dalam kegiatan belajar-mengajar berpusat pada siswa. Artinya, siswa yang harus aktif dalam melaksanakan praktik penggunaan bahasa. Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar merupakan salah satu karakteristik yang menonjol dari interaksi pembelajaran. Dalam aktivitas belajar, siswa berperan sebagai (a) peneliti, yakni melakukan eksplorasi objek, peristiwa, orang, atau konsep, (b) pemagang kognitif, yakni menghaluskan kognitifnya melalui proses magang, dan (c) penghasil pengetahuan, yakni menyintesis pengetahuan dan keterampilan.
(2) Aktivitas yang dilaksanakan dalam kegiatan belajar-mengajar mengarah secara langsung pada latihan atau praktik penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tulis. Praktik penggunaan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam pengajaran bahasa, karena pengajaran yang hanya difokuskan pada pemahaman kaidah bahasa tidak akan berpengaruh pada performansi aktual baik dalam berbicara maupun menulis.
(3) Aktivitas yang dilaksanakan dapat membina dan mengarahkan kemampuan siswa dalam memilih dan menata bahasanya sesuai dengan faktor-faktor penentu tindak komunikasi. Faktor- faktor yang dimaksudkan meliputi siapa partisipan wicara, untuk tujuan apa, dalam situasi bagaimana, dalam konteks apa, dengan jalur dan media mana, dan dalam peristiwa apa.
(4) Aktivitas yang dilaksanakan dalam kegiatan belajar-mengajar mengarah pada kreativitas penggunaan bahasa bukan hanya penggunaan bahasa yang bersifat mekanik. Aktivitas yang dilaksanakan harus benar-benar memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan bahasa secara kreatif dengan jalan bebas memilih apa yang akan diungkapkan dan bagaimana mengungkapkannya. Latihan-latihan yang bersifat mekanik harus diminimalkan karena tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk berkreasi dalam memilih dan menata bahasanya sendiri.
 
 
 

(5) Aktivitas yang dilaksanakan dalam kegiatan belajar-mengajar mengarah secara langsung pada latihan atau praktik penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tulis. Praktik penggunaan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam pengajaran bahasa, karena pengajaran yang hanya difokuskan pada pemahaman kaidah bahasa tidak akan berpengaruh pada performansi aktual baik dalam berbicara maupun menulis.
(6) Aktivitas yang dilaksanakan dapat membina dan mengarahkan kemampuan siswa dalam memilih dan menata bahasanya sesuai dengan faktor-faktor penentu tindak komunikasi. Faktor- faktor yang dimaksudkan meliputi siapa partisipan wicara, untuk tujuan apa, dalam situasi bagaimana, dalam konteks apa, dengan jalur dan media mana, dan dalam peristiwa apa.
(7) Aktivitas yang dilaksanakan dalam kegiatan belajar-mengajar mengarah pada kreativitas penggunaan bahasa bukan hanya penggunaan bahasa yang bersifat mekanik. Aktivitas yang dilaksanakan harus benar-benar memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan bahasa secara kreatif dengan jalan bebas memilih apa yang akan diungkapkan dan bagaimana mengungkapkannya. Latihan-latihan yang bersifat mekanik harus diminimalkan karena tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk berkreasi dalam memilih dan menata bahasanya sendiri.
Agar aktivitas interaksi belajar-mengajar sebagaimana yang telah diuraikan di atas dapat dicapai, setiap guru bahasa harus dapat berperan sebagai individu yang mampu memberikan bimbingan, memantau kegiatan siswa, menciptakan latihan-latihan kreatif, dan dalam kesempatan yang lain dapat bertindak sebagai teman komunikasi bersama-sama dengan siswa. Interaksi dalam kegiatan belajar-mengajar berasal dari dan terletak pada siswa. Siswa harus mendapat kesempatan dalam interaksi komunikatif yang bermakna. Dalam hal ini siswa berperan sebagai subjek didik, sedangkan guru bertindak sebagai penyuluh, penganalisis kebutuhan, dan pembimbing siswa dalam berlatih berkomunikasi secara wajar.
 
Satu hal lagi yang perlu mendapat perhatian adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dalam kegiatan belajar-mengajar harus sesuai dengan kebutuhan siswa.
Kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa akan membangkitkan greget belajar siswa. Greget yang tinggi akan dapat meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar. Hal ini terjadi karena dengan semangat yang tinggi, siswa terdorong untuk mengetahui, kemudian melakukan sesuatu untuk dapat menerima apa yang ingin diketahuinya tersebut. Peningkatan greget siswa dalam belajar dapat dilihat pada adanya keterlibatan secara aktif siswa terhadap hal-hal yang dipelajarinya. Sebaliknya, pengajaran yang kurang sesuai dengan kebutuhan siswa akan sangat membosankan, sehingga motivasi belajar siswa menjadi rendah.
Greget belajar siswa dapat dibangun melalui tugas-tugas belajar yang bermakna dalam kehidupan siswa. Tugas-tugas tersebut merupakan tugas yang menantang, yakni tugas yang merentang keterampilan berpikir dan keterampilan sosial siswa. Selain itu, tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya tugas yang otentik, yakni tugas nyata yang menyatu dengan pengalaman hidup sehari-hari siswa. Dalam situasi tertentu, untuk meningkatkan kegairahan siswa dalam belajar, guru bahasa Inggris dapat bekerja sama dengan guru mata pelajaran lainnya untuk memberikan tugas yang terintegrasi/ interdisipliner, yakni tugas yang merupakan pemaduan beberapa mata Pelajaran.
 
PENGERTIAN E-LEARNING
 
E-Learning merupakan suatu penerapan teknologi informasi yang relatif baru di Indonesia. E-Learning terdiri dari dua bagian, yatitu; "e" yang merupakan singkatan dari "electronic", dan "learning" yang berarti "pembelajaran". Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan bantuan perangkat elektronik.
E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya jaringan komputer memungkinkan untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berbasis computer. Mulai dari program yang paling sederhana seperti penggunaan "CD rom", "power point", hingga pembelajaran yang berbasis "web", yang kemudian dikembangkan ke jaringan computer yang lebih luas yaitu "internet". Materi pembelajaran yang disampaikan melalui media ini berbentuk teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video.
 
PERBEDAAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DENGAN E-LEARNING
 
Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learning, yaitu; pada kelas tradisional guru pada umumnya dianggap sebagai sumber utama yang ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada siswanya. Sedangkan dalam pembelajaran e-learning, guru hanya menyiapkan media yang diperlukan selebihnya siswa menggali dan menyerap sendiri materi yang disajikan melalui media pembelajaran tersebut. Peran guru hanyalah sebagai mediator, fasilitator, dan motivator.
Namun demikian, e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content, media yang bervariasi dan menarik.
Keuntungan menggunakan e-learning diantaranya adalah menghemat waktu belajar mengajar, dan menghemat biaya pendidikan dengan minimalisasi sarana belajar yang berupa alat, bahkan buku sumber yang diperlukan. Guru tinggal merubah sarana dan sumber-sumber belajar dari bentuk analog (alat dan buku-buku) menjadi bentuk digital baik dalam bentuk gambar, animasi, audio video, power point dan sebagainya.
E-learning saat ini sudah mulai dikembangkan di beberapa sekolah baik di kota besar maupun di kota kecil. E-learning dianggap sebagai salah satu alternative model pembelajaran dalam suatu sistem penyelenggaraan pendidikan baik tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan (seluruh staf tata usaha sekolah). Hal ini disebabkan oleh beberapa keunggulan dan kelebihan yang dimiliki teknologi informatika yang saat ini berkembang sangat pesat,
sehingga memungkinkan penggunanya dapat bekerja secara cepat, akurat, dan memiliki jaringan yang sangat luas.
Sebagai seorang pendidik, fenomena seperti ini sudah barang tentu merupakan hal yang sangat menguntungkan, dan harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya guna mendukung segala tugas dan kewajiban kita sehari-hari.
Contoh nyata dari pemanfaatan perkembangan teknologi ini adalah dengan pembuatan media pembelajaran yang memanfaatkan program aplikasi Microsoft Power Point. Program ini memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menyajikan sebuah materi presentasi dan sudah banyak digunakan oleh berbagai kalangan, bukan hanya dunia pendidikan.
Dengan Microsoft power point guru dapat menyajikan materi pembelajaran, baik yang berupa gambar maupun teks menjadi lebih menarik dan atraktif. Sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk mempelajari lebih jauh tentang materi yang akan didiskusikan. Perhatian siswa akan terpusat pada tayangan yang kita sajikan, sehingga guru lebih mudah menggiring pemikiran siswa pada meteri yang sedang didiskusikan.
Dengan situasi yang kondusif seperti tersebut, maka tujuan pembelajaran yang kita targetkan akan mudah tercapai. Yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara keseluruhan.
 
 
 
PENUTUP
Penggunaan media e-learning dalam pembelajaran bahasa Inggris bertujuan untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Selain itu model pembelajaran e-learning bertujuan agar peserta didik tidak hanya belajar dari salah satu sumber saja. Dengan penggunaan media tersebut guru diharapkan mampu mengakses berbagai macam sumber belajar yang ada di internet dan menyajikannya sebagai materi pembelajaran yang menarik dan atraktif. Sehingga siswa akan lebih greget dan termotivasi untuk belajar serta mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam berbahasa Inggris.
  
DAFTAR PUSTAKA
De Porter, B., Reardon, M., dan Sarah Singer-Nourie. 2001. Quantum Teaching. Bandung:Kaifa. Jonassen, D.H. 1999. Designing Constructivist Learning Environments. Dalam Reigeluth, C.M. (Ed): Instructional-Design Theories and Models: A New Paradigm of Instructional
Theory, Volume II. Pp. 215-239. New Jersey: Lawrence Erlbaum associates, Publisher.
Nunan, David. 1991. Learning Teaching Methodology: A Tex Book for Teacher. London: Prentice Hall.
Nur, Muhammad. 2000. Strategi-Strategi Pembelajaran. Surabaya: Pusat Studi Matematika dan IPA Sekolah, Unesa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun