Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Alam & Tekno

Sungai Sejernih Cermin karena Ramuan Berbahan Minim

5 Juli 2024   10:15 Diperbarui: 5 Juli 2024   10:19 92 0
Bandung, salah satu kota dengan penduduk terpadat di Jawa Barat. Baik warga lokal maupun pendatang dari luar kota yang dijuluki Kota Kembang ini banyak disinggahi karena udara yang sejuk, akses yang mudah dijangkau, dan banyaknya rekreasi serta tempat wisata. Namun, tidak hanya padat akan penduduk, Bandung juga padat akan sampah yang menumpuk.

Sampah menjadi persoalan elusif di Kota Bandung. Setiap tahunnya, produksi sampah di Bandung meningkat. Sumber sampah yang terkumpul adalah dari sampah makanan, sampah plastik, limbah rumah tangga, dan lainnya. Hingga Mei 2023, kongesti sampah di TPS-TPS di Kota Bandung masih berlangsung. Hal ini dikarenakan adanya kendala pengangkutan sampah menuju Tempat Pembuangan Akhir Sarimukti yang terletak di Kabupaten Bandung Barat.

Dengan sebaran sampah yang sebanyak itu di Bandung dan sekitarnya, TPS dan TPA di sekitar Bandung sangat penuh akan tumpukan sampah. Menarik jauh ke masa lampau, pernah terjadi sebuah tragedi naas yang dikenal dengan "Bandung Lautan Sampah". Kisah kelam ini terjadi karena ledakan sampah di TPA Leuwigajah pada tahun 2005, dan menewaskan 157 masyarakat sekitar. 157 jasad tersebut hanya jumlah masyarakat yang dapat ditemukan, entah kemana ratusan masyarakat lain yang tidak dapat ditemukan karena kejadian mengenaskan tersebut.

Tahun demi tahun berlalu, populasi dan mobilisasi di sekitar kota Bandung pun meningkat. Dikutip dari berita lansiran detikjabar, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung memiliki catatan terkait tren melambungnya volume sampah setiap bulan Ramadhan akibat banyaknya sisa makanan.

Pada Agustus 2023 pun ditemukan bahwa penumpukan sampah di tepian jalan Kota Bandung makin parah. Dilansir dari Kompas, tumpukan sampah ini mulai menumpuk sejak pertengahan Agustus 2023 saat TPA Sarimukti terbakar. Selama hampir dua bulan, TPA yang melayani pengelolaan sampah di Bandung Raya ini tidak beroperasi maksimal. Bahkan, di pekan awal kebakaran, TPA Sarimukti ditutup dan tidak memberikan layanan sehingga sampah di kawasan aglomerasi tersebut menumpuk di berbagai titik. Kota Bandung yang memproduksi sampah lebih dari 1.200 ton sehari menjadi kelimpungan.

Mengambil pelajaran dari peristiwa penumpukan sampah ini, masyarakat Bandung mulai memeras otak agar sampah, terutama limbah rumah tangga agar tidak menumpuk dan merugikan masyarakat. Lalu, kami menemukan salah satu penyelamat bagi kongesti sampah ini.

Eco Enzyme Bandung menjadi salah satu malaikat tak bersayap bagi masyarakat Bandung yang sudah berdiri sejak Januari 2020. Eco Enzyme Bandung merupakan sebuah komunitas, kumpulan, serta wadah bagi para relawan dan pegiat eco enzyme yang sedang belajar dan membuat eco enzyme.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun