Perbedaan visi-misi antara Prabowo dan Sandiaga itu tampak jelas saat debat cawapres beberapa waktu lalu. Di momen tersebut, Sandiaga sama sekali tidak menjelaskan visi-misi Prabowo ke publik.
Sandi berbicara tentang membawa program OK Oce di Jakarta ke tingkat nasional. Sementara itu, Prabowo tidak pernah beribacara soal OK Oce.
Selain itu, Sandi malah menyetujui perihal progam kartu dari Jokowi-Maruf, hanya saja menginginkan semua kartu tersebut masuk dalam E-KTP. Secara progam mengiyakan, hanya soal teknis memiliki pandangan lain.
Adanya dualisme pemikiran ini menjadi indikasi bahwa keduanya memang tidak kompak. Juga menunjukan tingginya ambisi pribadi yang melebihi kepentingan rakyat. Padahal, kepentingan publik itu harusnya yang menjadi prioritas utamanya.
Hal itu kontras dengan KH. Maruf Amin. Sebagai wakil dari Jokowi, Kiai Maruf selalu berbicara mengenai program-program Jokowi mulai dari Kartu Pra-Kerja hingga kartu sembako murah. Keduanya terlihat padu dalam membawakan gagasan untuk lima tahun ke depan.
Inilah perbedaan antara pasangan capres-cawapres nomor urut 01 dan 02. Kondisi ini harus menjadi perhatian bagi masyarakat agar berpikir ulang dalam menentukan pilihan calon Presiden dan wakilnya yang seharusnya menunjukkan diri sebagai pemimpin bukan penguasa.
Dalam hal kekompakan, Jokowi dan KH. Maruf Amin memang lebih baik. Tak ada yang lain.