Apakah kedatangannya bulan suci ini akan memperkaya keberagamaan kita, tergantung bagaimana kita menjalaninya. Religiusitas secara khusus begitu dekat dengan umat Islam. Setiap siang hingga malam hari alunan ayat suci hingga penceramah terdengar di mana-mana, dari masjid, mushala hingga tempat lain. Fenomena ini dapat disebut nuansa religius jika ukuran yang dipakai sekadar merujuk simbol agama, kesemarakan ritual, dan sejenisnya. Namun, jika parameter yang digunakan adalah substansi ajaran agama, kita mungkin sepakat, religiusitas keberpuasaan yang selama ini mentradisi di Indonesia (di sekeliling kita) masih jauh dari nilai-nilai keberagamaan hakiki.Banyak orang yang berpuasa, tetapi perilakunya sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai puasa.
Sebagian menyikapi puasa sekadar tradisi dalam kehidupan yang nyaris tanpa perubahan. Yang lain menjalankan puasa untuk menunjukkan keangkuhan melalui tindakan yang merugikan orang lain. Karena itu, bulan Puasa tiba, lalu berlalu, tetapi tidak ada gejala signifikan menuju proses pencerahan kehidupan, individual maupun sosial.
jadi disini sebagai seorang muslim hendaknya kita mengerti dan mengetahui arti penting puasa bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga saja. puasa pada tahun ini saya sangat berharap untuk bisa lebih baik dari tahun kemarin. dan agaknya setelah mengalami beberapa hari awal di bulan suci ini saya merasakan bahwasannya saya akan menjadi orang yang lebih baik setelah melalui romadhon kali ini, semoga saja begitu.