Mungkin dari sisi seni PW judul tersebut tepat untuk penggambaran cerpen itu. Namun agaknya judul tersebut hanya ungkapan tokoh utama yang telah membaca sajak GM yang mengandung makna dalam.
Sebenarnya, antara judul dan isi cerpen seperti dua hal yang berbeda. Namun keduanya memang sangat cantik, tapi dilihat dari sisi tulisan bagi awam seperti saya kurang ada kaitan. Hanya saja, dua hal itu (judul dan isi cerpen) memang sangat tinggi makna/nilai seni yang terkandung.
Namun izinkan saya untuk mengartikan makna cerpen PW merupakan ungkapan seorang tua yang kurang mendapat perhatian dari keluarganya, terlebih ketika hari ulang tahunnya. Lalu ungkapan demi ungkapan antara dua tokoh dalam cerpen itu sangat menantang emosional pembaca dengan pertentangan komunikasi keduanya yang saling sahut-menyahut. PW tidak lupa membubuhi sekalimat pada akhir cerpen itu yang membuat pembaca penasaran, apa yang membuat perubahan dalam kehidupan si orang tua itu setelah si pemilik toko bersedia mengantarnya dengan Ferrari merahnya itu.
Tak ada yang negatif dari cerpen PW itu. Cerpen itu sangat menghibur saya ketika puasa romadhon terakhir. Cerpen itu seolah menemaniku saat perbedaan waktu lebaran Idul Fitri 1432 H, tepatnya hari Selasa tanggal 30 Agustus 2011. Terima kasih PW, atas cerpennya yang bagus. Selesai membaca dan menikmati cerpen PW, saya langsung disambut gema takbiran dari mesjid yang kebetulan saya ikut lebaran yang ditetapkan pemerintah.**