Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Karakteristik Retorika Dakwah dan Dakwah Retorika

26 Juni 2024   15:14 Diperbarui: 26 Juni 2024   15:26 28 0
Retorika dakwah digunakan sedemikian rupa sehingga pesan dakwah yang disampaikan benar-benar atraktif, menarik dan estetis. Faktanya, dakwah memerlukan retorika sebagai seni komunikasi verbal dan nonverbal. Dakwah tanpa retorika ibarat sayur tanpa garam, tenang dan damai.

Kemudian retorika khotbah digunakan untuk memberi bobot pada isi ceramah. Sebab, retorika mengharuskan pesan disampaikan dalam bahasa baku berdasarkan materi dan penelitian. Ceramah yang sama cocok dengan Mad yang semakin rasional dan kritis.

Selain itu, retorika dakwah digunakan agar pesan dakwah lebih informatif, persuasif dan menyegarkan. Sebab ketiga prestasi tersebut merupakan tujuan retoris. Wajar saja jika Mad'u menerima dan memahami pesan dakwah, seperti keimanan, syariat, dan akhlak. Sebab Mad'u merasa disuguhi menu lengkap.

Yang tak kalah penting adalah penggunaan retorika dakwah agar dakwah menerapkan pelataran, logo dan suasana dalam dakwah. Inilah tiga retorika Aristoteles. Ketiga retorika ini memperkuat kinerja pengkhotbah dan secara positif mempengaruhi reaksi hiruk pikuk hadirin. Nampaknya apapun metode dakwah yang digunakan, pathos, logos, ethos harus dicantumkan.

Retorika dakwah dianggap dapat digunakan karena melayani khalayak yang sudah gila dan gila internet. Untuk menjangkau mereka, retorika memperkenalkan komunikasi nonverbal, yakni berdakwah melalui perangkat digital. Dalam komunikasi nonverbal, khatib dapat menggunakan gerakan tubuh dan bahasa tubuh untuk berdakwah secara tatap muka dan online.

Terakhir, retorika dakwah dianggap digunakan karena menganggap bahwa dakwah memerlukan tindakan. Retorika mempunyai lima tahapan bertutur yang dapat digunakan dalam berdakwah. Pertama, penemuan atau penemuan. Kedua, pengaturan atau penataan. Ketiga, gaya atau tuturan. Keempat, memori atau mengingat. Kelima, penyampaian atau pengucapan. Dalam ilmu dakwah, kelima tahapan dakwah ini disebut dengan teknik dakwah.

Apalagi dakwah retorika adalah dakwah yang isinya hanya retorika. Dakwah retoris didedikasikan untuk tujuan tertentu seperti prestasi politik, prestasi ekonomi, dan prestise sosial. Khotbah retoris lebih dari sekadar alat yang digunakan di tengah-tengah gaya berbicara yang hebat.

Oleh karena itu, dakwah retoris harus dihilangkan karena beberapa alasan. Pertama, dakwah merupakan amanah yang dibangun dari surga. Banyak ayat Al-Qur'an dan Hadits Nabi yang bisa dijadikan acuan untuk menjelaskan hal ini. Jika dakwah hanya sekedar retorika, maka dakwah kehilangan nyawanya.

Kedua, dakwah ghair mahdhah adalah ibadah yang memberikan dampak positif bagi umat di sana-sini. Oleh karena itu, setiap dakwah harus berdasarkan pada waktu yang tepat. Dakwah merupakan tujuan perantara, tujuan sebenarnya adalah mendapatkan keridhaan Allah, yang dapat menarik rahmat-Nya.

Jadi retorika dakwah berbeda dengan dakwah retorika

.

.
Penggabungan Adab dan Sains dalam Retorika Dakwah


Sebagai ilmu, dakwah dan retorika pasti ada gunanya. Artinya ilmu dakwah dan retorika harus dikembangkan hanya berdasarkan ilmu saja. Ilmu dakwah dan retorika tidak boleh dikembangkan atas dasar etika yang bukan ilmu pengetahuan.

Namun nampaknya ada adab dalam ilmu dakwah dan ilmu retorika. Artinya, meskipun kedua ilmu tersebut tidak ada nilainya, namun tetap harus mempertimbangkan kebenaran dan konsekuensinya. Dengan kata lain ilmu dakwah dan retorika berkaitan dengan adab yang bersumber dari ajaran agama dan budaya.

Jadi adab dan ilmu retorika dakwah harus disatukan. Dalam konteks ini ada pepatah "ilmu bukan demi ilmu", tetapi ilmu bermanfaat dan memudahkan hidup seseorang disana-sini. Dengan kata lain, sains adalah untuk kemanusiaan. Makna adab menjadi penting dalam konteks ini.

Dalam praktiknya, retorika dakwah bukan hanya ilmu dakwah yang efektif dan efisien, menarik dan atraktif, namun juga kaidah kesopanan, kebaikan, dan keluhuran budi pekerti. Apalagi dakwah yang semula bersifat subyektif, dogmatis, penuh nilai. Retorika juga aslinya bersifat budaya dan berbeda dengan sistem nilai.

Jika retorika lahir dari rahim kebudayaan, menyusup ke dalam seni berpidato, tumbuh menjadi pengetahuan dan diakui secara permanen sebagai ilmu, maka retorika harus berkomitmen pada adab pada titik tertinggi ini. Kebudayaan, seni, ilmu dan pengetahuan manusia harus dipadukan dengan Adab.

Khotbah yang sama. Mulai dari dogma-dogma atau ajaran agama, lalu ke ilmu-ilmu berdasarkan pengalaman yang tidak dibuktikan secara ilmiah, lalu konsekwensinya ke ilmu dakwah, tentu adab harus menyertainya. Dakwahnya ditandai dengan kesopanan, kebaikan dan karakter khatib.

Memadukan adab dan sains dalam retorika dakwah memerlukan dua hal. Pertama, bisnis dalam dakwah terpinggirkan. Komersialisasi dakwah menjadikan dakwah hanya sekedar komoditi atau komoditi. Hingga saat ini, bisnis dalam dakwah berada di bawah naungan profesionalisme dan kepemimpinan. Para pengkhotbah yang berpengetahuan dan beradab menolak komersialisasi dakwah.

Dai dan mitra dakwahnya dilarang keras dalam bisnis dakwah. Namun para khatib dan mitra dakwah diperbolehkan berdakwah secara bisnis karena banyak dari Nabi, para sahabat dan ulama yang berprofesi sebagai pengusaha. Seorang da'i harus menghayati dakwahnya, bukan bergantung pada dakwah hidupnya.

Kedua, memadukan adab dan ilmu pengetahuan dalam retorika dakwah menjadikan seorang khatib profesional dalam arti sesungguhnya. Tujuan dari profesionalisme bukanlah ketenaran, manajemen dan gaji, tetapi kebiasaan dan pengetahuan dalam berdakwah dan retorika.

Kepentingan Mekkah bukanlah tidak adanya karya dakwah. Dai bisa mengerjakan sesuatu tanpa meninggalkan profesionalisme. Karena tujuan profesionalisme dalam konteks ini adalah menilai secara utuh apa yang diucapkan dan mengamalkannya berdasarkan kebiasaan dan pengetahuan.*



karakteristik Retorika Dakwah dan dakwah retorika


Retorika dakwah digunakan sedemikian rupa sehingga pesan dakwah yang disampaikan benar-benar atraktif, menarik dan estetis. Faktanya, dakwah memerlukan retorika sebagai seni komunikasi verbal dan nonverbal. Dakwah tanpa retorika ibarat sayur tanpa garam, tenang dan damai.

Kemudian retorika khotbah digunakan untuk memberi bobot pada isi ceramah. Sebab, retorika mengharuskan pesan disampaikan dalam bahasa baku berdasarkan materi dan penelitian. Ceramah yang sama cocok dengan Mad yang semakin rasional dan kritis.

Selain itu, retorika dakwah digunakan agar pesan dakwah lebih informatif, persuasif dan menyegarkan. Sebab ketiga prestasi tersebut merupakan tujuan retoris. Wajar saja jika Mad'u menerima dan memahami pesan dakwah, seperti keimanan, syariat, dan akhlak. Sebab Mad'u merasa disuguhi menu lengkap.

Yang tak kalah penting adalah penggunaan retorika dakwah agar dakwah menerapkan pelataran, logo dan suasana dalam dakwah. Inilah tiga retorika Aristoteles. Ketiga retorika ini memperkuat kinerja pengkhotbah dan secara positif mempengaruhi reaksi hiruk pikuk hadirin. Nampaknya apapun metode dakwah yang digunakan, pathos, logos, ethos harus dicantumkan.

Retorika dakwah dianggap dapat digunakan karena melayani khalayak yang sudah gila dan gila internet. Untuk menjangkau mereka, retorika memperkenalkan komunikasi nonverbal, yakni berdakwah melalui perangkat digital. Dalam komunikasi nonverbal, khatib dapat menggunakan gerakan tubuh dan bahasa tubuh untuk berdakwah secara tatap muka dan online.

Terakhir, retorika dakwah dianggap digunakan karena menganggap bahwa dakwah memerlukan tindakan. Retorika mempunyai lima tahapan bertutur yang dapat digunakan dalam berdakwah. Pertama, penemuan atau penemuan. Kedua, pengaturan atau penataan. Ketiga, gaya atau tuturan. Keempat, memori atau mengingat. Kelima, penyampaian atau pengucapan. Dalam ilmu dakwah, kelima tahapan dakwah ini disebut dengan teknik dakwah.

Apalagi dakwah retorika adalah dakwah yang isinya hanya retorika. Dakwah retoris didedikasikan untuk tujuan tertentu seperti prestasi politik, prestasi ekonomi, dan prestise sosial. Khotbah retoris lebih dari sekadar alat yang digunakan di tengah-tengah gaya berbicara yang hebat.

Oleh karena itu, dakwah retoris harus dihilangkan karena beberapa alasan. Pertama, dakwah merupakan amanah yang dibangun dari surga. Banyak ayat Al-Qur'an dan Hadits Nabi yang bisa dijadikan acuan untuk menjelaskan hal ini. Jika dakwah hanya sekedar retorika, maka dakwah kehilangan nyawanya.

Kedua, dakwah ghair mahdhah adalah ibadah yang memberikan dampak positif bagi umat di sana-sini. Oleh karena itu, setiap dakwah harus berdasarkan pada waktu yang tepat. Dakwah merupakan tujuan perantara, tujuan sebenarnya adalah mendapatkan keridhaan Allah, yang dapat menarik rahmat-Nya.

Jadi retorika dakwah berbeda dengan dakwah retorika

.

.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun