Â
Tidak banyak yang tahu, di momen itulah Soeharto bersua dengan Liem Sioe Liong. Liem, pengusaha asal Semarang, menjadi pemasok logistik ke markas tentara Indonesia di pebukitan Jawa Tengah.
Â
Empat belas tahun kemudian, keduanya kembali bersua. Kali ini di level tertinggi: Soeharto yang baru saja menjadi Presiden butuh pengusaha yang bisa membantunya membangun bangsa. Liem menawarkan diri.
Keduanya klop dari sisi sifat dan sikap. Soeharto menginginkan kekuasaan, Liem menginginkan uang. Keduanya pun saling menyangga satu sama lain. Tanpa neko-neko. Soeharto melindungi bisnis Liem; Liem mendanai segala kebutuhan Soeharto, keluarganya, kroni-kroni, dan pemerintahannya.
Dan kerja sama keduanya bertahan hingga tiga dekade.
Â
Liem dan Soeharto sudah seperti saudara. Saat Liem mengubah namanya menjadi nama Indonesia, Soehartolah yang memberinya nama: Soedono Salim. Diambil dari kata Soe yang berarti baik dan Dono yang berarti uang atau dana.
Â
Kini, keduanya sudah berada di alam lain. Tapi warisannya masih terlihat. Bisnis-bisnis Liem masih berdiri megah dengan nama Salim Group. Sementara anak-anak Soeharto masih eksis dengan gayanya masing-masing.