Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Bu Risma, Jiwa, Semangat, dan Ide Anda Tidak Dapat Dibunuh

23 Februari 2014   08:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:33 137 0
Polemik yang terjadi antara Wali Kota Surabaya "Tri rismaharini" dan Wakil Wali kota Surabaya "Wisnu Sakti Buana" terus bergulir bak bola salju yang menggelinding tiada hentinya. Pelantikan Wisnu oleh DPRD Surabaya dianggap Risma dianggap telah menyalahi prosedural dan tanpa melibatkan dirinnya sebagai Wali Kota. Dari situlah ujian bagi kepimpinan seorang Risma dimulai. Berkembang berita bahwa dirinya akan mengundurkan diri dari jabatan Wali Kota Surabaya, Berita tersebut sampai sekarangg masih menjadi teka-teki yang menghantui pikiran masyarakat. Tidak hanya warga surabaya, sebagian masyarakat di luar surabaya pun masih bertanya-tanya apakah benar Tri Risamaharini akan mengundurkan diri?.

Masyarakat, khususnya warga surabaya ternyata belum rela dan belum siap jika Bu Risma tiba-tiba harus meletakkan jabatannya sebagai pengayom masyarakat surabaya yang selama ini telah banyak mengubah wajah kota pahlawan tersebut menjadi kota yang banyak meraih penghargaan sehingga bisa terkenal sampai kancah internasional. Bak gayung bersambut, semua kalangan baik dari kaum muda sampai tua membuat gerakan dukungan untuk tetap meminta Risma melanjutkan amanahnya sebagai Wali Kota Surabaya. Sampai kemudian di Social media dikenal dengan gerakan#saverisma.

Dukungan yang begitu deras mengalir kepada Bu Risma sudah menjadi bukti bahwa dia adalah sosok seorang pemimpin yang dicintai rakyatnya. Tidak hanya masyarakat surabaya yang merasakan betapa merakyatnya seorang Risma, bagi masyarakat luar Surabaya yang sering melihat profilnya di media TV atau cetak mungkin sudah bisa menggambarkan bagaimana sifat merakyat yang dimiliki oleh Tri Rismaharini. Air mata Bu Risma yang menetes ketika tampil di acara "Mata Najwa" sudah bisa menjadi bukti yang konkrit betapa tenaga,pikiran dan seluruh apa yang dimilikinya oleh dia telah diberikan sepenuhnya untuk masyarakat Surabaya. Beliau sampai mengaku tidak sempat memperhatikan anaknya sendiri karena terlalu banyak sibuk mengurusi Surabaya. Baginya menjadi pemimpin adalah sebuah amanah dari tuhan yang kelak suatu saat nanti akan dimintai pertanggung jawaban terhadap apa yang ia pimpin.

Risma bisa disebut sebagai korban kesewenang-wenangan. Sejak awal-awal menjadi Wali Kota dia sudah harus dihadapkan dengan pemakzulan dirinya oleh DPRD Surabaya karena kebijakan tentang kenaikan pajak reklame. Tapi bukan namanya Risma kalau tidak bergerak, dia melawan DPRD dan akhirnya menang. Dan salah satu motor penggerak dari usulan pencopotan risma kala itu adalah "Wisnu Sakti Buana" wakil ketua DPRD sekaligus yang sekarang tiba-tiba mendadak di lantik sebagai Wakil Wali Kota Surabaya pengganti Bambang DH.Risma pun harus menerima kenyataan, orang yang dulunya pernah mencoba menjagal dirinya untuk dari posisi Wali Kota Kini harus bersanding dengannya sebagai Wakil Wali Kota. Bu risma harus di uji lagi sebagai seorang pemimpin, dihadapkan kepada persolalan yang dilihatnya menyalahi aturan dan tidak prosedural, dihadapkan kepada pilihan untuk mundur atau sekedar tunduk kepada cara-cara yang membuat dia gusar dan terjepit. Lalu langkah apa selanjutnya yang harus dilakukan Bu Risma?.

Tentu kita tidak ingin melihat Bu Risma menangis lagi bukan? Saatnya Bu risma harus bisa bangkit dan maju menghadapi persoalan yang menghadangnya. Ada satu nasihat dari Niccolo Maciavelli ketika mereka bisa bergantung pada diri mereka sendiri dan menggunakan kekuatan, maka mereka jarang berada dalam kondisi yang membahayakan”. PDI-P sebagai partai pengusung harus menjadi pengayom kepada kader-kadernya yang terlibat masalah, apalagi Risma menjadi salah seorang kader terbaik selain jokowi dalam hal memimpin sebuah masyarakat. Kini kita tinggal menunggu langkah DPR yang akan berusaha menyelesaikan permasalahan ini dengan memanggil pihak-pihak yang terkait seperti “Kemendagri, Komisi II DPR-RI dan Panitia pemilih DPRD Surabaya.” Selain itu juga dari PDI-P pusat juga mempersilahkan kepada Risma untuk bertemu langsung dengan sang ketua umum “Megawati Soekarno Putri” guna membicarakan masalah yang dihadapinya. Tentu ini langkah yang sangat baik, Risma bebas curhat mengenai apa yang di alami sat ini kepada Ibu Mega. Sebagai pemimpin tertinggi partai yang bijaksana, pasti Megawati punya solusi terbaik untuk kadernya yang juga terbaik.

Terakhir, Bung karno pernah berkata “Jiwa, ide, ideologi, semangat, tak dapat di bunuh.” Kata-kata tersebut muncul saat situasi genting dan sulit menghampiri bung karno, ia harus di asingkan dan di jauhkan dari keluarganya sendiri oleh kendali rezim Soeharto. Kata-kata tersebut sangat tepat untuk disematkan kepada seorang Risma saat ini. Sebagai seorang yang berlabuh di partai berideologi pro rakyat yang sekaligus sebagai partai pembawa ideologi bung karno,Risma harus tetap menanamkan jiwa, ide dan semangat yang terus menggelora demi kemaslahatan rakyat yang dipimpinnya. Saya yakin, kalau Bung karno bias berkata seperti itu, Bu Risma juga bias berkata seperti ini kepada seluruh rakyat Indonesia khususnya masyarakat Surabaya “Jiwa, ide dan semangat yang selama ini saya bangun untuk mensejahterakan rakyat, tidak akan bisa dibunuh selama nyawa dan raga saya masih menyatu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun