Malam itu, malam yang dingin dan berangin di kota Bandarlampung, jam ditanganku menunjukkan pukul 22:15.Istriku, Aku dan kedua puteri kecilku baru saja keluar dari sebuah warung sate padang langganan kami, ketika menyeberang menuju kendaraan yang terparkir tepat di seberang jalan dari sudut mataku, aku melihat dua orang jalanan yang telah tertidur di pelataran toko berselimut sehelai sarung tua yang lusuh -satu untuk berdua- istriku mengatakan sesuatu tentang mereka ,yang tidak begitu jelas terdengar di telingaku.