Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Ganjar Diserang, Ganjar Disayang

27 Mei 2021   08:47 Diperbarui: 27 Mei 2021   08:52 324 3
Ibarat perang, strategi yang digunakan segelintir elit PDI Perjuangan untuk mematikan Ganjar Pranowo justru menjadi boomerang. Bukannya mati, serangan itu justru membuat popularitas dan elektabilitas Ganjar Pranowo semakin melayang.

Lihat saja, hasil survei Y-Publica yang dirilis Rabu (26/5) kemarin. Elektabilitas dan popularitas Ganjar justru semakin melesat. Bahkan untuk pertama kalinya menyentuh angka 20,2 persen. Sebelum-sebelumnya, meski elektabilitas dan popularitas Ganjar Tinggi, belum pernah Ganjar meraih angka 20 persen dalam hasil lembaga survei.

Hasil itu jauh meninggalkan kandidat-kandidat lain yang biasanya bersaing ketat. Semacam Prabowo Subianto yang hanya memperoleh 16,7 persen atau Ridwan Kamil sebesar 15,9 persen dalam survei terbaru itu.

Upaya segelintir elit PDI Perjuangan meredam langkah Ganjar demi mengorbitkan calon yang katanya hendak diusung, Puan Maharani justru tak berjalan. Dalam survei itu, nama putri mahkota Megawati Soekarnoputri itu masih tenggelam di bawah 1 persen. Tepatnya hanya 0,7 persen saja.

Hasil survei Y-Publica ini seperti bensin yang akan semakin memanaskan perseteruan Ganjar-Puan. Sebab kita tahu, Ganjar disingkirkan karena dianggap terlalu berambisi menjadi Capres 2024, bermodalkan elektabilitas dan popularitas lembaga survei. Hal itu disampaikan langsung oleh salah satu petinggi partai banteng moncong putih, yakni Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP PDIP sekaligus Ketua DPD PDIP Jateng, Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul.

Saat Ganjar tak datang dalam acara PDIP di Semarang, Bambang Pacul mengatakan sengaja tak mengundangnya. Ganjar disebut Pacul sudah kemajon (kelewatan), keminter (sok pinter) dan terlalu berambisi maju sebagai Capres 2024.

Bambang Pacul menyebut Ganjar terlalu pede hanya karena elektabilitas dan popularitasnya tinggi di sejumlah media survei. Ganjar juga dinilai aktif menggerakkan pasukannya di media sosial. Bahkan Puan Maharani juga menyindir, bahwa pemimpin itu harusnya di lapangan, bukan di medsos.

Serangan-serangan ke Ganjar terus mengalir usai peristiwa itu. Dipelopori Bambang Pacul, serangan ke Ganjar semakin serius dan bahkan Pacul mempersilahkan Ganjar pindah ke partai lain.

Namun bukannya turun, serangan-serangan Bambang Pacul pada Ganjar justru semakin membuat Ganjar melayang. Semakin ia diserang, semakin ia disayang. Publik yang kini leluasa mengeluarkan pendapat serta opininya di media sosial, berbondong-bondong mendukung Ganjar.

Nama Ganjar jadi hangat diperbincangkan. Tak hanya oleh politisi, tapi rakyat biasa yang sedang nongkrong di warung kopi. Ganjar semakin populer, dan mendapat dukungan dari masyarakat.

Tentu ini sinyal buruk bagi segelintir elit PDIP yang mencoba menjatuhkan Ganjar demi mengorbitkan Puan. Bahkan kalau tak disikapi secara cepat, bukan tidak mungkin tindakan yang katanya oleh oknum ini bisa menjadi akhir dari kejayaan partai.

Beberapa tokoh di DPP PDIP menyebut pernyataan Bambang Pacul adalah pernyataan pribadi. Bukan merepresentasikan PDIP. Tapi toh sampai saat ini, belum ada satupun klarifikasi yang resmi untuk meredam isu ini.

Saat ini Y-Publica yang mengeluarkan hasil surveinya. Pasti tak lama lagi, sejumlah lembaga survei melakukan hal yang sama. Bukan tidak mungkin, hasilnya juga tak jauh beda. Elektabilitas dan popularitas Ganjar semakin melejit, karena serangan sejumlah elit.

Kalau sudah begitu, akankah PDIP tetap akan menyingkirkan Ganjar demi Puan?. Saya yakin Megawati Soekarnoputri tak senaif itu. Mega harus mempertimbangkan, bahwa elektabilitas dan popularitas Ganjar dari lembaga-lembaga survei adalah representasi suara grass root. Kalau Ganjar benar-benar disingkirkan, akan banyak suara PDIP yang berubah haluan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun