Semua kader PDIP diundang dalam acara itu. Mulai kader biasa tingkat ranting, sampai kader yang jadi kepala daerah di sejumlah wilayah Jawa Tengah.
Tapi ada satu orang yang tidak hadir. Dialah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Ganjar memang tak nampak batang hidungnya dalam acara itu. Padahal biasanya, ia selalu hadir, baik saat acara resmi maupun tak resmi. Apalagi ini acara partai, yang dihadiri sekaligus diisi oleh ketua DPP PDIP, Puan Maharani.
Selain sebagai pemangku wilayah, Ganjar juga masih aktif sebagai kader PDIP. Lalu kenapa Ganjar tak datang? Apakah ia sakit sehingga berhalangan hadir? Atau Ganjar ada acara yang sangat penting sehingga tak bisa ditinggalkan?
Usut punya usut, ternyata Ganjar memang tak diundang dalam acara itu. Bukan hanya kabar burung, tidak diundangnya Ganjar bahkan jelas disebutkan dalam rundown acara tersebut.
Dalam rundown acara yang bocor ke publik itu, tertera tulisan bahwa tamu tatap muka sebanyak 100 orang. Terdiri dari DPR RI Jateng, DPD Jateng, DPRD Provinsi Jateng, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah kader se Jateng (KECUALI GUBERNUR).
Terjawab sudah kenapa Ganjar tak hadir dalam acara yang diisi oleh pengarahan Puan Maharani terhadap kader PDIP menuju Pilkada 2024 itu. Tak lain dan tak bukan, Ganjar memang tak diharapkan datang.
Ada apa dengan Ganjar?
Kenapa ia sampai tak diundang oleh PDIP dalam acara itu? Padahal, dia adalah kader PDIP yang juga kepala daerah. Dia juga kader yang potensial menjadi pemimpin masa depan, hasil didikan dari partai berlambang banteng moncong putih itu.
Teka-teki itu terjawab oleh statemen Ketua DPP PDIP Bidang Pemenangan Pemilu sekaligus Ketua DPD PDIP Jateng, Bambang Wuryanto. Pria yang akrab disapa Bambang Pacul ini bahkan dengan terang-terangan mengatakan Ganjar memang tak diundang dalam acara itu.
Ia menyebut, Ganjar terlalu berambusi maju sebagai calon presiden. Hal itu dianggapnya meninggalkan norma kepartaian.
"Ya memang tidak diundang! (Ganjar-red) wis kemajon (kelewatan). Yen kowe pinter, ojo keminter," kata Bambang Pacul.
Bambang Pacul mengatakan, Ganjar terlalu berambisi menjadi presiden. Hal ini tak terlepas dari tingginya intensitas Ganjar di media sosial dan pemberitaan media massa. Padahal, hal serupa tak dilakukan oleh Kader PDIP lain yang juga berpotensi menjadi capres.
PDIP lanjut Pacul, sudah memberikan sinyal pada Ganjar jika hal itu tidak baik. Apalagi, belum ada instruksi dari Megawati Soekarnoputri terkait hal ini.
Lucu juga melihat dagelan politik semacam ini.
Saya bukanlah politisi, juga bukan pula pakar politik. Tapi orang awam juga tahu, kalau ada kader partai yang moncer, seharusnya pimpinan parta merasa senang dan mendukung. Bukan seperti PDIP ini, mereka justru memusuhi dan berusaha mematikannya.
Sebagai Gubernur yang memiliki kinerja baik, Ganjar sudah barang tentu disenangi masyarakat. Ia pemimpin muda yang penuh talenta, dan dianggap cocok sehingga digadang-gadang menjadi pemimpin masa depan Indonesia.
Namanya tentu ramai di jagad media, baik media sosial ataupun media pemberitaan lainnya. Toh itu juga bukan karena keinginan Ganjar. Karena ibarat pepatah, hasil tak menghianati usaha.
Usaha Ganjar menjadikan Jawa Tengah menjadi lebih baik dari sebelumnya telah membuahkan hasil. Praktik korupsi, kolusi dan nepotisme ia berantas habis. Program-program yang mengutamakan kesejahteraan masyarakat seperti penguatan UMKM, pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial dan budaya ia garap total.
Sejak memimpin Jateng 2013 lalu, terasa betul perubahan yang ia ciptakan. Pantas saja, ia jadi terkenal dan namanya bergaung baik di media sosial maupun pemberitaan media massa. Itu semua bukan karena ia ngebet jadi presiden.
Salah besar kalau menyebut seperti itu!.
Kalaulah namanya kerap muncul di lembaga survei calon presiden, itu karena masyarakat yang menilai kinerja Ganjar baik. Diantara elit politik lain, Ganjar dianggap masyarakat mampu menjadi pemimpin menggantikan Presiden Joko Widodo pada Pilpres 2024 nanti.
Ingat, ini karena harapan dan keinginan masyarakat. Bukan keinginan Ganjar!.
Bukankah berkali-kali, Ganjar ogah menanggapi hasil-hasil survei itu. Berulangkali ia ditanya soal hasil survei yang menempatkan namanya di urutan teratas, ia menanggapi dengan santai. Bahkan, ia terkesan tak tertarik membahas persoalan tersebut.
Sebagai kader PDIP, Ganjar paham betul mekanisme penunjukan calon kepala daerah atau calon presiden oleh PDIP. Semuanya merupakan hak preogratif ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri. Jadi, ia tak begitu ambil pusing dengan hasil-hasil survei ini.
Lalu apa buktinya Ganjar ngebet jadi presiden?
Sikap PDIP pada Ganjar akhir-akhir ini menurut hemat penulis sudah kebablasan. Kalau memang Ganjar bukanlah calon yang diharapkan dan ada calon lain yang diusung PDIP pada Pilres 2024 nanti, kenapa harus bersikap seperti itu?
Secara tak langsung, ini justru bisa menjadi boomerang bagi PDIP. Dengan sikap seperti ini pada Ganjar, tidak menutup kemungkinan akan banyak orang yang benci pada PDIP. Saya katakan banyak, karena dibanding kader PDIP lain, hanya Ganjar yang disebut-sebut layak menjadi capres.
Para pendukung Ganjar dan masyarakat lain yang simpati dengan Ganjar, berpotensi memusuhi PDIP. Ketika Ganjar disingkirkan dan PDIP mengusung calon lainnya, akan banyak batu sandungan untuk memenangkannya.
Dan parahnya lagi, jika Ganjar yang telah disingkirkan PDIP itu dipinang oleh partai lain dan maju dalam Pilpres 2024 nanti, tak menutup kemungkinan ini akan menjadi akhir dari kejayaan PDIP. Bukan tidak mungkin kan, PDIP kalah karena calon yang diusung bukanlah orang yang diharapkan.
Menarik menantikan drama politik di tubuh partai tinggalan Soekarno ini. Mari kita seruput kopi untuk menyaksikan akhir pertunjukan pada Pilpres 2024 nanti.