Tujuan dari wawancara ini ingin mengetahui tanggapan dari para Tukang parkir mengenai program yang di usulkan walikota untuk pembayaran parkir menggunakan QR, Narasumber yang berhasil di wawancara ini bekerja di parkiran sekitar Taman Lanisa yang berada di Jalan Cisangkuy dan merupakan wilayah parkir yang memiliki marka garis untuk parkir dan bukan parkir liar. Nama Beliau yaitu Bapak Hendri yang berusia 34 tahun, profesi Pak Hendri sendiri sebenarnya sebagai asisten Pak Didin dan Pak Deni yang secara resmi memiliki KTA (kartu tanda anggota) sebagai Tukang parkir dari DISHUB, Saya sebagai pewawancara langsung menanyakan tentang tanggapan Pak Hendri sebagai Tukang parkir mengenai penerapan pembayaran parkir via QR, " kalau saya sih sebetulnya tidak setuju dengan usulan ini karna apa, kamu bisa liat mesin parkir elektronik yang ada disana (sambil menunjuk ke arah mesin tersebut yang terlihat tak pernah digunakan), nah hal yang telah digagaskan dulu pun saja sebanyak 221 titik di seluruh Kota BANDUNG saja hanya jadi besi yang menumpuk, saya tahu gagasan ini ingin mengikuti yang ada di Kota MEDAN akan tetapi hasilnya banyak dari tukang parkir yang ada di medan sana protes dengan kebijakan tersebut karna dinilai tidak efektif." jawab Pak Hendri, kemudian Pak Hendri juga menambahkan "jika berpikir secara logika ini akan menyulitkan kedua belah pihak karna yang pertama, bagaimana nasib para pekerja parkir yang sudah banyak masuk usia lansia yang bahkan bermain ponsel saja tidak bisa, kemudian yang kedua, hal ini jelas mengganggu para konsumen parkiran yang sedang buru-buru karna pekerjaannya atau kegiatan yang akan di lakukannya, akan memakan banyak waktu jika harus mengeluarkan ponsel  untuk pembayaran tersebut, terus juga kan yang parkir bukan cuma satu dua kendaraan saja, kan yang mau keluar parkiran pun bukan hanya satu saja tapi banyak, nah efisiensi waktu jadi banyak terbuang hanya untuk satu orang saja, maka dari itu menurut saya itu tidak efektif sama sekali, lebih gampang pakai uang tunai".
KEMBALI KE ARTIKEL