Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Dinamika Batik Tulis Lasem dalam Bingkai Sejarah [1]

22 Juni 2014   04:05 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:51 1195 3


Batik telah menjadi warisan dunia. UNESCO, 2 Oktober 2009, mengakui batik sebagai warisan budaya dari Indonesia. Itu angin segar bagi para pengrajin batik di Indonesia. Mereka bisa lebih bersemangat tanpa rasa tertekan akibat klaim dari negara tetangga seperti sebelumnya.
Secara umum ada dua macam batik, yakni batik tulis dan batik cap. Batik tulis terwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang. Batik tulis terbagi menjadi dua berdasar letak geografis pembuatan di Jawa. Ada batik pesisiran, yang mencakup wilayah seperti Pekalongan, Kudus, Lasem, Madura. Ada batik nonpesisiran yang meliputi Solo, Yogyakarta, dan Banyumas.
Batik nonpesisiran biasanya terjerat sistem pakem dari keraton. Itu berbeda dari batik pesisiran yang tak terpengaruh pakem dan biasanya memakai motif lebih berani akibat pengaruh alam sekitar dan interaksi dengan pendatang.

Produksi batik pesisiran sekarang relatif maju, misalnya batik pekalongan dan madura. Batik tersebut sudah memiliki nama dan lebih banyak berproduksi ketimbang batik pesisiran lain. Akan tetapi dari sisi keaslian motif dan warna, batik-batik itu kalah dari batik pesisiran yang dahulu memiliki nama tetapi sekarang meredup. Itulah batik lasem, yang pengerjaannya ditulis secara manual dengan canting. Keunikan lain batik lasem adalah pewarnaan yang khas dan tak bisa ditiru di tempat yang lain. Warna merah darah ayam menjadi ciri khusus batik lasem. Warna itu terwarisi secara turun-temurun. Batik lasem juga memilki motif unik, misalnya latohan dan watu pecah, yang terinspirasi oleh keadaan sosial, ekonomi, dan budaya lokal.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun