Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Pengujian Kebergantungan Nilai Ekstrim pada Data PDRB Jawa Barat Menurut Penggunaan

25 Juli 2013   20:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:02 340 0

Data bernilai ekstrem sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja dalam aplikasi keuangan seperti pada data saham, data pengeluaran/pendapatan suatu pemerintah daerah, data kerugian, dan data klaim asuransi. Data bernilai ekstrem merepresentasikan sebuah kejadian/proses yang jarang (tidak biasa) terjadi. Data ini direpresentasikan melalui nilai-nilai data yang cukup besar (ekstrem kanan) maupun cukup kecil (ekstrem kiri). Sebagai salah satu contoh pada data pengeluaran suatu pemerintah daerah memungkinkan terjadinya pengeluaran yang cukup besar melampaui batas minimum risiko yang diprediksikan di awal perencanaan. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan melalui pengamatan dari kebergantungan data bernilai ekstrim.

Dalam menentukan besarnya kebergantungan data diperlukan suatu ukuran kebergantungan. Ukuran kebergantungan yang sudah biasa digunakan adalah Pearson’s Correlation yang hanya mampu mengukur kebergantungan data secara linier. Oleh karena itu, dalam penentuan kebergantungan data bernilai ekstrem diperlukan ukuran kebergantungan lain seperti Tail Dependence Coefficient (TDC). Konsep utama dari TDC ini adalah mengukur kebergantungan dari 2 variabel atau lebih yang memiliki nilai-nilai ekstrem kanan dan/atau ekstrem kiri dari distribusi gabungan (joint distribution) nya. TDC terbagi kedalam 2 jenis, yaitu upper-TDC (indikasi kebergantungan ekstrem kanan) dan lower-TDC (indikasi kebergantungan ekstrem kiri). Nilai TDC berkisar diantara 0 dan 1. Jika nilai upper/lower-TDC bernilai 0 artinya tidak terindikasi adanya kebergantungan nilai ekstrem kanan/kiripada data.

Secara khusus pengamatan kebergantungan data bernilai ekstrem ini ditujukan untuk mengetahui dan menganalisis kebergantungan pada sekelompok data pengeluaran yang berkecenderungan bernilai cukup besar (ekstrem kanan). Sehingga dalam tahap lebih lanjut diharapkan dapat membantu menentukan prediksi untuk nilai batas minimum risiko dari agregasi data pengeluaran yang lebih akurat.

Data pengeluaran yang digunakan akan dikhususkan pada data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) menururt penggunaan atas dasar harga berlaku di Jawa Barat periode 1993-2007 yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) Jabar. BPS Jabar menyatakan bahwa PDRB menurut penggunaan menggambarkan penggu­naan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat. Sektor-sektor yang berperan dalam penentuan PDRB Jabar dapat dikelompokan dalam 3 sektor besar yaitu : Konsumsi, Investasi dan Ekspor-Impor. Sektor konsumsi terdiri dari : konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga non profit dan konsumsi pemerintah. Sedangkan untuk sektor investasi terdiri dari : pembentukan modal tetap bruto dan perubahan stok.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun