Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan nutrisi terbaik bagi bayi. Pemberian ASI Eksklusif sejak bayi lahir sampai umur 6 bulan dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan bayi maupun kematian. Selain itu memberikan ASI eksklusif juga baik untuk ibu karena dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kondisi tubuh, mengurangi risiko kanker payudara dan rahim serta memberikan keuntungan lainnya seperti lebih hemat dan praktis. Namun sayangnya berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan hanya sebesar 40,0 % dan pada tahun 2007 turun menjadi 32,0 %. Oleh karena itu dibutuhkan penyadaran dan motivasi kepada masyarakat, khususnya ibu hamil untuk memberikan ASI kepada bayinya kelak.
Peran dukun bayi di sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya di daerah pedesaan masih sangat kuat. Dukun bayi masih dihormati, disegani, dan didengar nasihatnya oleh masyarakat, terutama dalam hal kaitannya dengan kesehatan ibu dan anak. Jika dahulu dukun bayi banyak menolong ibu melahirkan di masyarakat, kini dalam rangka menurunkan jumlah kematian ibu dan bayi serta meningkatkan persalinan dengan tenaga kesehatan profesional, pemerintah mengalihkan peran dukun bayi sebagai mitra kerja bidan dalam membantu menjaga kesehatan ibu dan bayi setelah melahirkan.
Melihat masih banyaknya jumlah dukun bayi di masyarakat, khususnya di daerah Jawa Barat maka tim dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) bekerjasama dengan pihak AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) mengadakan Pelatihan Peduli Dukun Bayi sebagai ‘Agen Promotor’ ASI Eksklusif pada Ibu Hamil di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Kegiatan ini merupakan salah satu program Community Engagement Grands (CEGs) 2013 yang didanai oleh Direktorat Riset dan Pengembangan Masyarakat Universitas Indonesia (DRPM UI).
Program pelatihan kepada dukun bayi dilaksanakan di 4 wilayah yang menjadi binaan Puskesmas Kecamatan Ciampea yaitu: Puskesmas UPF Pasir, Puskesmas UPF Cihideung Udik, Puskesmas UPF Ciampea Udik dan Puskesmas Ciampea. Dukun bayi yang mengikuti program ini sebanyak 55 orang. Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam kurun waktu 6 bulan (April-Oktober 2013) berupa identifikasi dukun bayi, pelatihan, pendampingan, dan pelatihan ulang. Metode pelatihan disesuaikan dengan latar belakang situasi dan keadaan dukun bayi yang umumnya tidak bisa membaca dan menulis, kalaupun sekolah hanya sampai tingkat SD, terbatas dalam berbahasa Indonesia, sudah berumur lebih kurang 50 tahun. Berdasarkan kondisi ini maka metoda penyampaian materi dalam pelatihan menggunakan alat bantu media audio visual seperti filem tentang ASI Eksklusif yang di-dubbing dalam bahasa sunda, diskusi kelompok, story telling, penggunaan vignette, simulasi, dan ceramah. Pada akhir pelatihan masing-masing dukun bayi diberi cd berisi filem tentang ASI Eksklusif, buku saku, lembar balik dan poster tentang ASI Eksklusif yang didisain khusus untuk mereka.
Selama program berlangsung dilakukan juga pengukuran pengetahuan, sikap dukun bayi terhadap ASI Eksklusif serta praktik promosi kepada pasien mereka. Hasilnya terjadi peningkatan pengetahuan dukun bayi sebelum pelatihan (nilai rata-rata 5,19) menjadi 2 kali (nilai rata-rata 10,15) setelah pelatihan dan pendampingan. Untuk sikap dukun bayi sebelum pelatihan nilai rata-rata sebelum pelatihan 3,69 menjadi 4,92 setelah pelatihan dan pendampingan. Selanjutnya untuk praktik promosi ASI Eksklusif kepada pasien sebelum pelatihan nilainya 2,06 menjadi 3,92 setelah pelatihan dan pendampingan.
Hasil ini menunjukkan bahwa dukun bayi yang dilatih dengan tepat dan dengan menggunakan metoda yang sesuai bisa meningkatkan pengetahuan, sikap serta mendorong mereka untuk mempromosikan ASI Eksklusif pada ibu yang menjadi pasien dan keluarganya. Dengan demikian dukun bayi ini bisa diberdayakan menjadi agen perubah (agent of change) salah satunya dalam bentuk kegiatan penyampaian pesan kesehatan (health promotor) kepada ibu-ibu di wilayahnya. Pemberdayaan dukun bayi ini cukup strategis dan efektif mengingat mereka bagian dari tokoh masyarakat, orang tua, disegani, di hormati, di dengar, dan akan selalu berada di tengah masyarakat wilayahnya, karena hampir tidak ada dukun bayi yang berpindah desa (merantau) dan berhenti jadi dukun bayi karena dapat pekerjaan. Model pelatihan peduli dukun bayi ini merupakan suatu langkah yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan potensi dukun bayi, kemudian selanjutnya mereka bisa diikutsertakan berperan dalam membantu menyehatkan ibu dan bayi di masyarakat.