Membaca judul di atas jangan punya interpretasi bahwa keuntungan menguasai pasar Amerika Serikat akan masuk ke saku petani kopi Indonesia atau mengalir ke Indonesia dalam bentuk devisa.
Tidak, tetapi keuntungan akan mengalir ke dompet pemilik gerai kopi Starbucks. Dengan mengandalkan kopi Sumatra yang disebut “dark roast Sumatra,” warung kopi milik Howard Schultz ini terus “menggemukkan” pangsa pasarnya, bahkan ke seluruh penjuru dunia.
Pada tahun 2003, omzet Starbucks cuma US$4,1 Milyar. Meningkat luar biasa pesat, sekitar 4 kali lipat pada tahun 2014, menjadi US$16.45 Milyar. Starbucks newsroom (Desember, 2014) merencanakan omzet mencapai U$30 Milyar pada tahun 2019 nanti.
Sudah diidentifikasi pasar baru yang akan digarap, yaitu Cina, India, Jepang dan Brazil. Untuk pasar Indonesia, akan ada sekitar 250 gerai pada tahun 2016 nanti.