Dulu, saat bayam putih menjadi primadona di pasar, ibu mengubah beberapa petak sawah di belakang rumah kami menjadi kebun bayam. Saat tiba musim panen, ibu mengerahkan pasukan dengan formasi lengkap: Ibu, saya, kakak dan ayah, untuk terjun ke sawah. Jika ayah dan ibu bertugas mencabut bayam dari pagi hingga menjelang sore, maka saya dan kakak kebagian jatah mengikat bayam menjadi ikatan- ikatan kecil sepulangnya kami dari sekolah. Ketika matahari mulai condong ke barat, kami beramai- ramai mengikat bayam menjadi bundelan yang lebih besar dan mencelupkannya di dalam air agar tetap segar untuk dijual ke pasar esok dini hari.
KEMBALI KE ARTIKEL