Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Birds Sing The Sounds of Justice

25 Maret 2012   11:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:30 77 0
Mendung berangsur menghilang dari langit. Sepasang burung bertengger di kabel listrik sebuah kompleks perumahan. Si burung perempuan tampak sedih.

Burung Pria bertanya, "Kenapa kau tampak sedih?" Dan si Burung Perempuan menjawab, "Ah, aku tadi melihat seorang ibu menyewakan anaknya demi uang 50ribu. Betapa ia begitu tega menyewakan anaknya pada pengemis itu, hanya untuk uang sekecil itu. Apakah ia telah kehilangan cintanya pada anaknya sendiri?" Matanya mulai berair mengingat apa yang baru saja ia lihat.

Burung Pria kemudian berkata, "Manusia memang telah kehilangan hatinya."

"Bagaimanapun itu, seorang ibu adalah pelindung anaknya. Teganya, ia menyewakan anaknya untuk dijadikan alat orang lain mencari uang. Teganya, ia melihat anaknya yang masih kecil itu kepanasan, kehausan dan kelaparan di jalanan kota. Teganya, ia membiarkan anaknya ikut bertarung dengan kerasnya kehidupan jalanan. Apakah ia masih pantas disebut Ibu?", burung perempuan itu menunjukkan emosinya yang tinggi. Meskipun, ia hanyalah seekor burung kecil, tetapi ia juga adalah seorang induk dari anak-anaknya. Ia tahu persis bagaimana seorang induk harus melindungi anak-anaknya dari berbagai bahaya yang mengancamnya.

"Kau tidak perlu semarah itu pada manusia. Mereka memang begitu, demi sepeser uang, menjilat ludah sendiri pun akan ia lakukan." si burung pria menjadi tak kalah emosi.

"Apa maksudmu?", burung perempuan ganti bertanya.

"Bah! Mereka semua itu munafik! Mereka cuma mau uang! Mereka cuma mau enaknya sendiri! Mereka cuma mau hidup mudah! Mereka pikir mereka itu siapa?"

"Kenapa kau jadi yang semarah itu?" si perempuan tampak bingung.

"Kau tahu, manusia itu makhluk paling manja. Mereka itu tidak mau susah, tidak mau berjuang demi hidup mereka sendiri. Mereka ingin segalanya itu datang dengan sendirinya kepada mereka tanpa harus usaha. Apa mereka tahu artinya hidup?!!" si pria memaki-maki.

"Kau tahu, aku melihat seorang lelaki yang sangat sehat, berpura-pura memiliki tangan buntung, agar semua orang mengasihinya dan memberinya uang! Kau tahu, aku juga melihat semua orang berteriak menolak harga BBM naik, padahal mereka masih mampu membeli sesuatu yang lebih mahal! Kau tahu, aku melihat orang-orang berkerumun dan berebutan barang murah, padahal mereka adalah orang-orang mampu! Kau tahu, aku melihat anak-anak muda yang berhura-hura membuang uang, padahal mereka tidak bisa mencarinya!"

"Kau benci pada manusia?" tanya si burung perempuan.

"Aku sangat benci mereka. Mereka selalu berpikir, dunia ini berputar hanya untuk mereka. Mereka selalu berpikir, mereka boleh melakukan apa saja asal bisa bertahan hidup. Mereka menebang pohon untuk rumah mereka, tapi mereka tidak berpikir, bagaimana hewan lain akan hidup jika rumah mereka ditebang? Mereka menembaki kita untuk makanan mereka, tapi mereka tidak berpikir, kita juga punya hak untuk bertahan hidup! Mereka tega menipu, menganiaya, bahkan membunuh agar mereka tetap bertahan hidup. Mereka pikir, hanya mereka yang boleh hidup di dunia ini?!!", si burung pria benar-benar berada pada puncak emosinya.Hingga, tanpa ia sadari, sebuah senapan angin berarah padanya. Tak lama setelah itu, DOORRR!! bunyi tembakan itu melengking dan memekakkan telinga. Namun, setelah itu, semuanya sunyi. Tak ada suara apapun.

Yang ada hanyalah sebuah adegan seekor burung terjatuh dari tempatnya bertengger dan menghempas bumi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun