Dari setiap episode ILC, masalah yang diungkap pada akhirnya juga cenderung tidak fokus dan tidak ada solusi. Kenapa? Karena narasumbernya sibuk bertengkar sendiri-sendiri dengan argumennya masing-masing. Akan menjadi lebih elok kalo argumennya obyektif, sayangnya argumen yang dikelurkan malah cenderung melompong karena didasari dari bendera apa yang sedang dibawanya. Dan kalau menurut saya, pendapat yang paling obyektif adalah dari Sudjiwotedjo, karena ia tidak membawa bendera dan tidak membawa agenda politik manapun. Saya masih ingat salah satu episode ILC yang mengangkat masalah Freeport di Papua. Ketika itu, para narasumber sibuk bertengkar dengan menyalah-nyalahkan pihak lawan, kemudian Sudjiwotejo berkata yang pada intinya, "untuk apa kita ribut-ribut di sini? Kita itu hanya menikmati sepersekian persen dari hasil tambang itu. Yang disana itu, yang menjadi biang masalahnya, yang tidak tersentuh, mereka itu mendapatkan jauh lebih besar dan sekarang mungkin tertawa melihat kita." Sebuah pandangan permasalahan yang luas dan tidak ada tendensi terhadap apapun. Tidakkah itu memang benar terjadi? Itu kenyataan yang tidak dibesar-besarkan oleh media, namun benar adanya.
Satu hal lagi yang membuat saya bertanya-tanya, untuk apa para lawyer yang duduk di bagian belakang itu? Kenapa hanya mereka yang duduk di deretan depan yang cenderung aktif dan memiliki kesempatan berbicara? Apakah mereka yang duduk dibelakang itu hanya semacam penggembira acara? Mereka akan ikut bertepuk tangan jika ada opini yang perlu diberikan applause, dan mereka akan ikut tertawa jika opininya lucu. Sementara mereka yang duduk di depan, hampir selalu mendapat kesempatan berbicara meskipun dia hanyalah seorang sarjana hukum yang sudah lama berkecimpung di dunia politik. Inilah yang kemudian menyebabkan acara tersebut tidak obyektif. Memang, akan lebih baik jika saat melihat acara ini jangan terburu-buru mengamini opini mereka, apalagi opini yang subyektif. Kalau saja boleh meminta, saya ingin kasus Lapindo diangkat dalam forum ini, tapi bisakah?