Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Anak-anak Papua : Korban dari Konflik yang Berkepanjangan

17 Juli 2014   23:33 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:02 610 19

“Fha,Efhaaa….” Teriak teman saya yang suaranya 2 oktaf, memekakan telinga bila mendengarnya. Sambil berlari riang di koridor kampus ia menghampiri saya, jilbab biru laut khasnya terayun, seakan lupa kalau pagi tadi kawan satu kost saya ini tidak sahur karena bangun ketika adzan Shubuh berkumandang. “Ayahku akan bawa buku-buku cerita bergambarku sore ini, nanti habis buka dia berangkat” kata teman saya bersemangat, sejujurnya bila mendengar suaranya saya agak tidak yakin apakah dia ‘berkata’ atau ‘berteriak’. Teman saya yang satu ini memang punya energi yang luar biasa yang siap ditularkan ke orang-orang di sekitarnya termasuk saya. “Baguslah, Bu Kristin berangkat lusa, jadi sempat kita bungkus malam ini” kata saya sambil tersenyum. Kami memang merencanakan untuk menyumbang beberapa buku untuk anak-anak Papua lewat Bu Kristin, wanita batak yang mempunyai warung makan di Wamena dan mengasuh beberapa anak Papua di sana. Kami berencana menitipkan buku-buku tersebut lewat Bu Kristin.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun