Perbandingan kerap dikaitkan dengan kompetisi dan upaya untuk memotivasi, namun siapa sangka hal ini juga bisa dikategorikan sebagai perilaku
toxic. Percaya, nggak? Mari kita
flashback ke masa kecil ketika kita dibandingkan dengan anak tetangga atau dengan saudara. Bukannya merasa termotivasi, malah jadi merasa semakin tidak berharga dan kecil hati. Lalu saat di kelas, ketika guru bilang, "coba tiru dong si A, pinter, sopan, baik". Bukannya terpacu untuk lebih berprestasi, malah timbul persepsi, "yaa...si A kan sempurna, kan kita cuma remahan rengginang doang". Kemudian, belum lagi perbandingan yang umumnya terjadi di tempat kerja dalam bentuk pujian secara berlebihan (
over-praising) atau sebaliknya memandang rendah (
underestimate), yang sayangnya malah menjadi kontraproduktif terhadap kemajuan tim ataupun perusahaan. Hal ini juga bisa memicu ketidakstabilan kondisi mental yang berimbas pada penurunan performa, krisis kepercayaan diri, dan hilangnya rasa berharga terhadap diri sendiri.
At the end, nobody liked to be compared, Fergusso!Â
KEMBALI KE ARTIKEL