Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Mari Menulis, Menulis Itu Menyenangkan

18 Oktober 2010   10:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:19 252 0
Saya mempunyai seorang teman -Feby,begitu biasanya ia dipanggil - hobbynya menggambar dengan media kertas dan pensil hitam, dan ia selalu berseloroh "mari menggambar, menggambar itu menyenangkan". Meminjam istilah yang biasa Feby gunakan, saya juga suka berseloroh "mari menulis, menulis itu menyenangkan".

Kesukaan saya menulis bermula dari seringnya membaca, entah kenapa saya selalu merasa kagum terhadap karya-karya yang dihasilkan oleh penulis. Alangkah pintarnya mereka merangkai kata-kata, menggambarkan situasi, kondisi dan emosi dalam kalimat-kalimat yang runut dan mengalir. Sejak duduk di bangku SD saya sudah sering menghabiskan waktu di perpustakaan untuk melahap buku-buku cerita yang membuat saya berimajinasi menjadi tokoh dalam cerita itu. Ketika duduk di bangku SMP saya menjadi anggota perpustakaan kabupaten, dan mulai melahap buku-buku yang lebih berat seperti Katak Hendak Menjadi Lembu, Salah Asuhan, Mahabarata, Siti Nurbaya dll.

Dahulu, di koran Kompas selalu ada cerita bersambung -yang paling saya ingat adalah Karmila kalau tidak salah buah karya Marga T- saya tak pernah melewatkannya barang seharipun. Begitu juga cerita bersambung atau cerita pendek yang ada di majalah Femina atau Kartini, selalu saya ikuti ceritanya dalam setiap penerbitannya. Rasanya tiada hari tanpa membaca, termasuk membaca berpuluh-puluh jilid cerita silat karangan Kho Ping Ho.

Pertama kali saya belajar menulis adalah saat harus mengisi majalah dinding SMA, dari sanalah saya mulai belajar menulis puisi. Puisi sederhana, tentang sekolah, tentang jajanan, tentang tukang bakso, tentang apa saja yang saya temui di lingkungan rumah dan sekolah. Kata-katanya juga masih sederhana, tapi saya senang karena karya saya bisa dibaca oleh teman-teman. Walau saat itu saya tidak berani menggunakan nama asli - masih takut diledek-.

Makin lama saya makin sering menulis puisi, hingga saat mulai jatuh cintapun saya selalu menulis surat untuk pacar dalam bentuk puisi. Balasannyapun saya terima dalam bentuk puisi. Puisi mewarnai perjalanan hidup saya, dan pada tahun 2008 saya punya blog yang berisi puisi yang saya tulis sejak tahun 1980 hingga sekarang. Puisi itu seperti diary, setiap puisi mewakili peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan saya. Puisi telah membantu saya mengingat kembali memori yang mungkin sudah saya lupakan, termasuk kenangan masa pacaran.

Sekarang saya sedang belajar menulis essay, tulisan saya masih sederhana. Saya mencoba menyampaikan peristiwa dan pengalaman pribadi atau pendapat saya tentang satu kejadian. Ternyata semakin sering menulis, semakin banyak ideĀ  yang ingin dituangkan dalam tulisan. Belum selesai dengan satu tulisan, di kepala sudah ada keinginan untuk menulis hal lain.

Jika saya membaca tulisan teman-teman kompasioner lainnya, banyak pelajaran yang saya dapatkan. Bagaimana memulai paragraf pembuka, bagaimana menutup paragraf akhir, dan tentu saja saya selalu terkagum-kagum kepada ide yang muncul dalam tulisan itu. Semua saya baca dengan cermat, namun saya masih sangat hati-hati memberi komentar, takut salah. Yang menarik, kalau terjadi diskusi dalam tanggapan terhadap suatu tulisan, saya selalu deg-degan tuh takutnya ada yang berantem....tapi sejauh ini aman-aman saja, dan saya suka.

Teman-teman, mari menulis karena menulis itu menyenangkan. Terimakasih untuk teman-teman yang tulisannya banyak memberikan informasi yang berharga bagi saya. Selamat berkarya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun