Mengadopsi kebijakan politik luar negeri "seribu kawan dan nol musuh," Presiden Prabowo menekankan bahwa Indonesia akan terus berdiri di garis depan mendukung perjuangan rakyat Palestina, sambil menjaga hubungan baik dengan negara-negara yang terlibat dalam konflik ini. Dalam kunjungan kenegaraannya ke Amerika Serikat, Prabowo menyampaikan gagasan perdamaian ini kepada Presiden Joe Biden, menekankan pentingnya peran aktif komunitas internasional untuk memastikan solusi yang adil dan berkelanjutan. Â
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) D-8 di Kairo, Prabowo mengkritik kurangnya persatuan di antara negara-negara Muslim dalam mendukung Palestina. Pernyataan tersebut mendapat tanggapan positif dari Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, yang menyebut pandangan Prabowo sebagai "kebenaran pahit" yang harus dihadapi oleh negara-negara anggota. Â
Kebijakan "seribu kawan dan nol musuh" yang diterapkan oleh Prabowo menjadi panduan utama dalam pendekatan diplomasi ini. Di satu sisi, Indonesia tetap vokal dalam mendukung hak-hak Palestina, namun di sisi lain, Indonesia juga menghindari eskalasi hubungan buruk dengan negara-negara pendukung Israel. Hal ini terlihat dalam sikap Indonesia yang tetap membuka ruang dialog dengan berbagai pihak, termasuk negara-negara besar seperti Amerika Serikat, untuk mencari solusi damai. Â
Langkah diplomasi ini mencerminkan pragmatisme politik luar negeri yang diusung oleh pemerintahan Prabowo. Di tengah dinamika global yang semakin kompleks, Indonesia berupaya memainkan peran strategis sebagai mediator yang tidak hanya berpihak, tetapi juga aktif mencari solusi konkret bagi perdamaian dunia.