Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Mozaik Cinta Dalam Diam

30 November 2013   11:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:30 42 1

Setidaknya aku menemukan beberapa potong kisah di ujung senja yang hendak menjemputpetang ini. Puluhan bangau kulihat siap berpulang kerumah mereka diiringi mega merah menyalah, aku ingat masa-masa sekolah dulu. Tiap soreh aku dan beberapa temanku tak pernah bosan berteriak di ujung bukit tempat kami bermain layang-layang semasa kecil, sekedar untuk melepaskan lelah setelah seharian berkejar-kejaran dan bermain petak umpet. Orang-orang tua yang hendak pulang ke rumah menjadi pemandangan elok ketika kami melihatnya berbaris berjajar di bawah bukit sana. Ada satu kebiasaan yang selalu ku lakukan tiap memandang sesuatu yang menurutku indah untuk dibingkai, sesuatu yang harus diabadikan. Potret! Aku mempertemukan kedua ibu jariku dan menautkan kembali kedua jari telunjuk untuk saling bertemu agar membentuk persegi, agar aku bisa membingkai pemandangan senja hari itu dan hari-hari berikutnya. Dan satu hal yang paling penting, aku dapat membingkai wajah di balik wajahnya. Laki-laki bersahaja yang pernah datang bersama kami ke tebing ini, untuk sekedar melukis desa kami di atas kanvas yang selalu ia bawa kemana-mana.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun