Perkenalkan, aku adalah sang mendung sebelum hujan.
Aku selalu berkata pada dia, "Jangan kamu turun dulu."
Lalu dia menjawab, "Entah gerimis sampai kilat sekalipun, mereka selalu menerjangku."
Jika sudah berkata begitu, hujan tidak akan pernah salah. Seperti biasa, mereka akan melalui dia meski dipagi buta sampai sore dengan bertumpuk nestapa.
Mereka akan tetap tertawa dengan pakaian tidak tembus itu, untuk melindungi tubuh mereka dari dia. Dari atas sini aku dapat melihat jalanan, rerumputan bahkan sampai pepohonan tersenyum penuh kemenangan tapi sadar akan tiba masanya menyambut kenangan penuh keindahan.
Kemudian jalanan dan teman-temannya akan saling berbisik, "Entah berapa hari yang tersisa hingga tak lagi melewati kita."
"Tapi tidak apa-apa, semoga masa depan yang baik menyertai mereka."
"Dan aku berharap, sesekali akan kembali bersama."
"Meskipun sudah berwujud anak-anak mereka."
Jika nanti itu terjadi, aku sudah memiliki rencana. Aku akan terbagi untuk mengikuti mereka satu-persatu, lalu akan aku kabarkan lewat rintik-rintik kawanku sang hujan kepada jalanan dan teman-temannya akan beberapa manusia yang dirindu, yang dinanti kembali dan yang senantiasa terpatri.
01.50, dengan lagu puisi alam (Fourtwnty)
Flash Fiction oleh Eva Fatmawati Putri
Cerita ini aku persembahkan untuk alam di sekitar yang semoga selalu menyertai perjalanan kami, untuk alam yang sudah sering membantu tanpa pernah kami sadari. Terimakasih.