Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Kalah tapi Menang

28 Mei 2012   05:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:41 110 0
Jika "Aku" dan "Dia" berdoa untuk "X", tetapi Tuhan menjawab "Dia". Apakah itu berarti "Aku" kalah?

Hmmm...., pasti kebanyakan orang akan berontak dan tidak terima atas kenyataan ini (tidak menutup kemungkinan saya ataupun anda). Sering sekali kita beranggapan "Aku"lah yang pantas bukan "Dia", kita mencoba seolah-olah kitalah penentu. Ke"Aku"an ini berlaku dalam setiap kondisi.

Saya mau mengajak kita untuk mengingat kembali siapa sebenarnya pemilik kita atau siapa penentu bagi kita? Yang jelas, sebagai orang-orang "Percaya", kita akan berkata "Tentu saja Allah". Benar, tapi yang menjadi masalah adalah apakah kita sudah berbuat sebagaimana layaknya diri kita yang tidak milik kita?

Saya berpikir, kalau memang diri saya bukanlah milik saya berarti seharusnya saya harus membiarkan "pemilik" saya itu untuk berbuat "sesuka hatiNya" untuk saya. Wah, amazingggg!!!!!!!!

"Rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera", pernahkah Firman ini terngiang-ngiang dalam benak kita? Saya sangat senang dengan ayat ini. Ayat ini menolong saya untuk berterima atas setiap kondisi yang diberikan si"Pemilik" tadi kepada saya. Pemahaman saya yang memudahkan saya untuk berterima atas setiap kondisi tadi begini: si"Pemilik" tahu apa yang terbaik bagi "milikNya", "Aku" adalah "milikNya". Jika "Aku" bersikeras memohon supaya mendapatkan "X", tetapi si"Pemilik" memberikan "Y", sesungguhnya si"Pemilik" tahu bahwa jika "Aku" mendapatkan "X" maka disana akan ada "Api" yang siap sedia membakar "Aku".

Allah tahu apa yang terbaik bagi kita. Ingatlah, sesunguhnya apa yang Tuhan racangkan bagi kita adalah sama seperti apa yang kita inginkan jikalau kita tahu ujung ceritanya.

Jadi jika kita merasa kalah dengan yang lain dalam hal permohonan kepada Tuhan, ketahuilah sesungguhnya kita berada dalam zona detik-detik menunggu "Kemenangan".

GOD BLESS YOU....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun