Euforia Jokowi menyedot pengunjung hingga luar Jakarta, apalagi kegiatan ini bertepatan dengan liburan sekolah. Masyarakat dari luar Jakarta pun ikut tumpah ruah. Sebagai warga Jakarta, menyaksikan kemeriahan karnaval ini bukan hal baru bagi saya. Namun meliputnya hingga berada pada jarak yang sangat dekat sekali dengan orang nomor 1 DKI ini, memberikan ekspektasi lain. Ketika suami mengajak saya melihat Jakarnaval, hmm… saya pikir, pasti banyak objek foto menarik. Itu saja.
Acara di mulai pada pk. 15.00 dan berakhir sekitar pk. 18 sore. Beberapa ruas jalan yang mengarah ke balai kota sudah ditutup bagi kendaraan bermotor 30 menit sebelumnya. Kami terlambat sampai di sana. Dengan berjalan kaki dari stasiun Gondangdia kami menemukan jalan kecil melintasi perkampungan hingga menembus bagian belakang gedung DPRD yang bersebelahan dengan Balai Kota. Eh, ternyata , masih ada perkampungan padat, lengkap dengan gang senggolnya di lokasi yang tak jauh dari Balai Kota, kontras dengan gedung-gedung perkantoran disekitarnya. Untung juga kami melewati jalan tembus ini dengan berjalan kaki, karena acara baru saja dimulai.
Dibagian depan gedung DPRD, beberapa anggota pasukan berkuda POLRI sedang melakukan persiapan. Kuda – kuda berwarna coklat kehitaman ini nampak terlatih dengan postur yang tinggi tegap. Setegap penunggangnya yang berseragam warna gelap. Tidak lama mengamati kuda-kuda itu, saya mendengar suara komando dan kuda pun siap bergerak ke arah luar gedung. Ditengah kerumunan massa dan kesibukan anggota POLRI dengan sistim pengamanannya, saya mengikuti saja arah gerak suami yang menerobos brikade keamanan. Tiba-tiba saya sudah berada diantara kuda-kuda itu yang berjalan pelan kearah kiri gedung.
Suami menarik saya untuk tetap berada disekitar kuda dan mendorong pundak saya untuk terus maju di samping kuda-kuda itu. Kaki – kaki kuda ini saja hampir menyamai kepala saya. Dengan jarak yang sangat dekat, agak takut juga saya jika kesenggol kaki kuda, karena sempitnya jalan akibat kerumunan massa. Ke pinggir sudah tidak mungkin. Disepanjang jalan yang dilalui Jokowi sudah rapat terisi kerumunan orang-orang, hampir tak ada celah untuk menepi. Saya ikut terseret arus bersama orang-orang yang menenteng kamera besar ditengah aparat keamanan, yang mengapit dari depan maupun belakang. Mau tak mau hanya bisa bergerak searah gerak kuda. Sangat sulit untuk bisa menerobos ke bagian depan kuda untuk mengambil foto dari jarak dekat.
Saya baru menyadari ketika kuda berhenti, di sebelah kiri sudah ada Jokowi dan Ahok bersama istri. Ternyata di sinilah Jokowi menunggu kuda untuk ditunggangi. Ada beberapa bangku di barisan depan. Selain yang diduduki Jokowi Ahok, selebihnya mungkin pejabat lain. Dua baris di belakangnya terisi penuh. Bangku-bangku yang cukup sederhana, dilengkapi meja kecil diberi taplak yang juga sederhana. Dua panggung (tepatnya menara) yang berada di sisi kanan tak jauh dari Jokowi duduk, sudah terisi para wartawan dari berbagai media. Panggung ini mungkin memang disediakan untuk mereka, supaya bisa mengambil gambar dari sudut yang bagus, tanpa harus mendekat.
Dalam penjagaan yang cukup ketat, tiba-tiba terlihat suami saya sudah mendekat ke arah Jokowi, dan langsung jepret ! Sebagai mantan wartawan yang usianya sudah termasuk “lanjut” untuk jurnalis di lapangan, saya cuma bengong melihat kesigapannya menerobos barisan keamanan. Bagaimana caranya berinteraksi dengan mereka untuk kemudahan akses informasi dari sumber. Mereka tak bisa berbuat apa-apa, atau mungkin juga karena tahu bahwa kami tidak membahayakan. Para intelnya tentu saja sudah mengamati kami sejak kami masuk dalam ring pengamanan ini, tanpa kami sadari. Sementara itu saya berdiri disamping kuda yang akan di naiki Jokowi dan mengambil beberapa gambar. Terjepit diantara para wartawan, tidak mudah memang mengambil gambar yang bagus ditengah kerumunan.
Dengan baju lengan panjang berwarna merah berlapis rompi bernuansa kayu dan bambu, dilengkapi topi menjulang seperti tanduk menjangan, Jokowi bak seorang kaisar dari negeri dongeng. Sementara Ahok menggunakan kaos Polo warna putih berkerah . Istrinya juga dengan kaos putih nampak asyik dengan sebuah gadget ditangan.
Rupanya hanya Jokowi yang menaiki kuda mengawali jalannya peserta Jakarnavar.Setelah jokowi duduk diatas seekor kuda dengan bantuan sebuah bangku, barisan pengaman dibantu orang-orang berkaos putih yang nampaknya sama dengan yang dipakai Ahok, langsung membuat formasi disekeliling Jokowi. Sebuah formasi rapi hingga saya pun tidak mungkin lagi terselip diantara kuda. Kuda pun bergerak pelan-pelan ditengah kerumunan warga yang berteriak mengelukan sang gubernur. Saya hanya bisa mengikutinya beberapa langkah. Berikutnya pasukan kuda Jokowi sudah tidak bisa lagi saya tembus. Namun bersama suami, saya masih bisa bergerak leluasa dibelakang rombongan sehingga dapat mengambil gambar dari posisi tengah, diantrara sesaknya orang-orang yang berjejer di kiri kanan jalan.