Kemarin sempat berbincang dengan teman-teman kantor. Tapi bukan tentang bungkus rokok. Bukan pula tentang perokok. Tapi tentang SPG rokok. Betapa salah satu teman perempuan saya sangat kawatir dengan suaminya yang lagi kerja jauh di luar kota. Ada perasaan tak suka atau semacam cemburu jika membayangkan suaminya di tawarin rokok oleh para SPG cantik dengan colekan dan tampilan yang menggoda. Karena sebelumnya dia pernah melihat sendiri bagaimana genitnya seorang SPG rokok menawarkan rokok ke seorang bapak-bapak.
Ada cerita lagi dari teman laki-laki saya tentang SPG rokok. Pernah suatu saat pas lagi ngopi di pinggir jalan ditawari rokok sama SPG yang ternyata teman semasa sekolah. Temannya itu diakui memang sangat cantik, seksi, putih dan menarik. Tapi tak terlintas sedikitpun untuk meminta nomor hp. Dia langsung membeli satu slop dan memberi beberapa lembar uang seratusan, tanpa minta kembalian. Setelah berbasa basi sebentar si SPG itu berlalu pergi dengan perasaan senang tentunya. Antara senang dan sedih dia berjumpa kembali dengan teman lamanya itu. Senang karena bisa membantu membeli rokoknya. Sekaligus sedih kenapa sekarang temannya itu menjadi SPG rokok dengan pakaian minim seperti itu.
Saya sendiri secara pribadi sangat amat benci rokok, perokok, puntung rokok dan asap rokok. Tapi saya tak benci SPG rokok. Tak cemburu juga pada SPG rokok. Biasa aja gitu. Biarpun sebenarnya suami saya perokok. Suami saya juga kerja jauh di luar kota. Tapi saya coba terus mengingatkan untuk pelan-pelan berhenti merokok. Jangan pernah merokok di dekat anak-anak. Alhamdulilah sudah mulai berkurang. Dari yang dulu satu pack bisa satu hari, sekarang satu pack bisa satu minggu.
Rokok memang bukan satu-satunya pembunuh. Tapi dengan kecanduan rokok akan berakibat buruk pada kesehatan hingga berujung pada kematian. Ketahanan tubuh manusia memang berbeda-beda. Si mbah kakung saya contohnya. Di usia yang hampir 80 th masih sehat segar bugar secara fisik. Tapi daya ingatnya sudah benar-benar menurun alias sudah pikun. Kalau jalan kemana-mana pasti lupa jalan pulang. Lupa nama anak-anak dan cucu-cucunya. Lupa sudah makan atau belum. Entah itu karena kebanyakan rokok atau sebab yang lain kurang tau juga.
Pabrik rokok di Jawa Timur saja sudah banyak yang mulai merumahkan karyawannya, bahkan ada salah satu pabrik yang tutup. Banyak nasabah saya yang buruh pabrik pada mengeluh, sekarang katanya jarang ada lemburan, JKN terus alias Jam Kerja Normal terus yang berlaku akhir-akhir ini. Alhasil uang tambahan dari lembur sudah mulai langka. Apa ini tanda-tanda konsumen rokok sudah mulai menurun ya?
Bagi saya dengan adanya gambar-gambar yang mengerikan di bungkus rokok pada akhirnya malah akan membuat orang penasaran untuk terus membeli aneka merk rokok hanya sekedar ingin tau dan mengoleksi gambarnya saja. Tak ubahnya memborong rokok yang dijual SPG rokok hanya karena kasihan ataupun tergoda pada penampilan fisik SPGnya. Ini berarti merokok bukan karena kebutuhan. Entahlah...