Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Kabar G. Kelud 8: Penanganan penyintas kok belum jujur?

20 Februari 2014   00:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:39 112 0
17/2/2014 pukul 16.00 saya berkesempatan keluar-masuk ke tempat penyintas di gedung pertemuan kecamatan Nglegok. Tempat pengungsian tersebut tertata rapi dengan tikar tempat tidur berjajar rapi, kipas angin dengan pengharum ruangan di depannya bekerja dengan baik, nasi kotak untuk makan siang juga sudah dipersiapkan, penyanyi lokal dan "comic" sedang memberi hiburan untuk penyintas dengan gurauan dan nyanyian. Didepan, nasi kotak dan air minum berderet menunggu disantap, konon nasi yang di depan disediakan untuk rombongan pejabat, sementara penyintas duduk rapi menunggu rombongan yang 2 jam yang lalu.

Terdapat panel poster di luar gedung penyitas yang menjelaskan status aktivitas gunungapi yang diikuti dengan aktivitas perangkat pemerintah pada setiap tahapan tersebut. Yang menarik dari panel-panel tersebut, perangkat sebagai subyek dan warga hanya sebagai obyek.

Melihat panel tersebut saya bergurau dengan kawan2 Jangkar Kelut "pada kemana saja kalian kok ngga terpampang di panel itu?" saya tahu bahwa warga, setidaknya diwakili oleh Jangkar Kelut dan aktivis warga lainnya telah banyak melakukan kegiatan lebih dari yang dibayangkan banyak orang. Ada kegiatan Pelatihan Penanggulangan Bencana, Mengembangkan Sistem Informasi melalui Radio Komunitas dan Radio Komunikasi, melakukan serangkaian Gladi, menyertai dinamika gunung Kelud selama ini.

Di luar gedung, banyak relawan dari berbagai kelompok dengan berbagai atribut berbaur dengan aparat keamanan yang mengambil peran masing-masing, melayani para penyintas.

Di belakang barak, berderet MCK dengan kondisi bersih tidak berbau, air selalu tersedia di 2 tandon plastik plus truk tangki air yang siap siaga, tersedia ember plastik dan gayung baru di setiap mck.

18/2/2014 pukul 10.15 saya kembali ke lokasi, sekedar ingin ngobrol dengan penyintas tentang kesan mereka setelah ketemu presiden. Namuun, alaaaammmaaaakkk.. tidak ada seorangpun penyintas. ruang sudah bersih tikar dan tanpan kipas angin berpengharum ruangan.

Hanya ada beberapa relawan dengan perangkat yang sedang menaikkan logistik barak pengungsi ke mobil, untuk dibawa ke suatu tempat.

Air tidak lagi mengalir di MCK, truk air yang kemarin siaga juga tidak ada lagi, ember dan gayung juga entah ke mana.

Aparat keamanan wajar kalau tidak ada. relawan dengan berbagai attribut juga tidak ada. hanya beberapa orang masih tertidur di tenda dan beberapa mengangkut barang.

Panel-panel juga sudah tidak ada. tempat panel sudah berubah menjadi tempat parkir mobil berisi barang logistik, yang masih seperti semula adalah papan informasi keberadaan barak penyintas tersebut, dan spanduk selamat datang pada pada presiden dan istri.

Memang penyintasnya kemana? itulah masalah pokoknya!! Dalam status yang tetap awas, menjadi aneh kalau tiba-tiba saja ratusan penyintas dibiarkan menghilang. Kalau mereka tinggal di radius < 10 km seharusnya tidak dibiarkan menghilang. Kalau dari radius > 10 km, kenapa kemaren dikumpullkan? yang mana ya?

Mengapa perubahan yang begitu drastis terjadi? Maaf jika saya melihat kunjungan presiden kali ini (atau selalu demikian?) bermakna seremoni dibanding sebuah proses melihat fakta bagaimana perangkatnya memberikan pelayanan kepada rakyat dalam kondisi darurat bencana. Hal ini akan berakibat buruk. presiden akan mempunyai persepsi yang keliru atas kemampuan aparatnya dalam melayani rakyat, akibatnya presiden berpotensi membuat kebijakan yang jaka sembung, ngak nyambung, dalam penanggulangan bencana. Jadi saya merasa hal-hal semacam ini ke depan harus dihindari. Ini bukan hanya membodohi rakyat, tetapi juga membodohi presiden.

terus bagaimana sebaiknya? ya.. jujur saja. rasanya jujur akan lebih baik

(et paripurmo, 0818260162)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun