Becak bercat merah itu memasuki halaman rumah nenekku. Kulihat kaki kiri pengendaranya kesulitan mengayuh pedal. Dari ruang depan aku berlari ke halaman untuk menyambutnya.
"Apa kabar, Dinda?" sapa Pengkor. Ia sigap melompat turun dari sadel. Giginya yang ompong dua bisa kulihat saat ia tertawa.
"Kabar baik," jawabku. "Pak Pengkor mau mengantar Nenek?"
"Kali ini tidak. Aku mau menemui ayahmu. Tadi pagi aku dapat kabar kalau kalian berkunjung. Jadi aku cepat-cepat kemari. Ini ada jagung rebus untukmu dan kakakmu."
"Terima kasih banyak. Pak Pengkor baik sekali." Tas plastik berisi jagung rebus itu kuterima dengan gembira.
Kami berdua masuk ke rumah nenek lewat pintu samping. Pak Pengkor mengucap salam.